Bedah
Racun Aliran Sesat ketengah Perkampungan
Masjid Asy salah satu tempat ibadah yang letaknya ditengah-tengah perkampungan padat penduduk, tepatnya Peterongan ini sejak dulu terlihat tenang dan kondusif bagi kaum muslim dalam menjalankan ibadahnya. Tapi akhir-akhir ini namanya cukup santer diperbincangkan orang. Ada peristiwa apa disana ?
Ketika tim investigasi meluncur kesana, ternyata banyak jamaah resah dengan munculnya orang-orang beraliran “aneh” disekitar perkampungan tersebut. Menurut beberapa sumber yang dapat dipercaya, ada belasan orang yang disinyalir pengikut aliran baru pimpinan Bm yang berprofesi sebagai ahli urut. Meski aktifitasnya tidak berada didalam masjid, namun setiap malamnya mereka mengadakan diskusi didepan masjid. Kadang secara rombongan ‘mungkin’ pergi ketempat gurunya untuk memperoleh ilmu yang diajarkan. Diantara ciri-ciri ajarannya antara lain. Sholat cukup hanya sekali dalam satu hari, atau lebih memilih qiyamul lail yang hukumnya sunnah. Membaca al-Qur’an dan puasa juga tidak penting, kesimpulannya tidak perlu menjalankan rukun Islam. Ironisnya mereka mengklaim bahwa aliran inilah Islam yang sesungguhnya.
Bersikap tertutup
Yang lebih mencolok, ketika bulan Ramadhan yang lalu, para pengikutnya secara terang-terangan tidak menjalankan karena terlihat makan atau merokok diluar. Meski jama’ahnya tidak pernah kemasjid, namun komunitasnya selalu berkumpul didepan masjid hingga larut malam. Bagi masyarakat sekitar, kegiatan ini cukup menimbulkan suatu kekahawatiran tersendiri. Karena banyak para pemuda yang kian bertambah mengikutinya. Sayang ketika tim investigasi menanyakan jauh lebih dalam, semuanya lebih bersikap diam, tertutup dan selalu menjauh. Mereka seolah tidak mau menerima kehadiran tim, hal ini terlihat dari sikapnya yang kurang bersahabat. Apalagi ketika ditanya lebih lanjut tentang keterkaitannya dengan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah, mereka semua tutup mulut dan tidak memberikan komentar apapun dengan alasan “Urusan kita atau paham berbeda-beda, kami tidak mengganggu anda, dan andapun juga jangan terlalu mencampuri urusan kami”.
Al-Qiyadah Al-Islamiyah
Meskipun belum terkuak sepenuhnya, namun jika dilihat dari cara mereka menjalankannya tidak berbeda jauh dengan aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah gagasan Ahmad Moshaddeq yang mengaku dirinya rasul menggantikan posisi Nabi Muhammad SAW. Bahkan dalam pembacaan kalimat syahadatnya tidak menyebut nama Rasul melainkan namanya sendiri,. Sebuah penyimpangan akidah serta kesesatan yang tak terampuni, apalagi wangsit yang didapat dengan cara bertapa di sebuah Villa setelah selama 40 hari 40 malam
Menghidupkan kembali dakwah
Barangkali semua ini adalah salah satu fenomena lemahnya dakwah islamiyah di kalangan ummat islam sendiri. Disisi lain Pemerintah agak memberi kebebasan terhadap munculnya berbagai aliran yang berdampak lahirnya berbagai aliran sesat. Hal ini persis seperti ketika Rasulullah Saw wafat dan dakwah islamiyah sempat terhenti karena suasana berkabung serta kesibukan para shahabat dalam menangani wafatnya Rasullullah saw. Disaat-saat inilah muncul nabi-nabi baru yang mengklaim utusan Allah dengan membawa ajaran baru pula diluar kontek ajaran Rasulullah. Sadar dengan dampak yang akan ditimbulkan terhadap umat Islam saat itu, maka para sahabat “bangkit” untuk menghidupkan kembali dakwah islamiyah.
Demokrasi kebabalasan
Disisi lain adalah dampak dari demokrasi di era reformasi saat ini yang telah berubah menjadi ‘democrazy’. Paham demokrasi dengan prinsip kebebasan yang kebabalasan mengakibatkan semua hal diperbolehkan. Dari sinilah Pemerintah melalui para tokoh agama, khususnya MUI, Depag hingga para da’i untuk meninjau kembali sistem tatanan khususnya disektor agama untuk bisa lebih tegas dalam menangkal gejala-gejala ttimbulnya berbagai aliran sesat. (Imm)
.
.
Selasa, 30 Oktober 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar