PEMBEBASAN PAJAK AIR KOLAM
Juragan Bandot rupanya makin lama makin serakah. Kurang puas dengan hasil pungutan pajak dari tanah dan kebun miliknya yang disewakan kepada para penduduk, kini ia memborong dengan paksa semua kios yang ada pasar desa Sukarmaju dari pedagang lama yang kemudian disewa-sewakan lagi kepada semua pedagang dengan harga yang mahal sehingga pundit-pundi uangnya makin menumpuk.
Sebenarnya para pedagang mau protes dan berontak, tapi semua pada tidak berdaya, takut dengan para tukang pukul yang terkenal galak-galak. Maklumlah juragan Bandot sangat loyal dan dekat dengan Bupati sehingga apapun perkataannya selalu dipercaya dan dituruti. Akibatnya, ia bertindak sewenang-wenang terhadap penduduk desa Sukarmaju., sehingga semua fasilitas yang ada didesa ini dikuasai dan dikaryakan yang hasilnya untuk kepentingannya pribadi.
Pada suatu sore juragan Bandot sedang duduk-duduk diteras rumahnya yang besar, sambil mengusap-usap perutnya yang kian buncit, ia minum kopi dan menghisap pipa rokoknya yang penuh kerak asap tembakau. Lalu memandangi semua orang-orang yang lewat didepan rumahnya karena akan pergi kemasjid yang letaknya tak jauh dari rumahnya.
Dasar manusia berotak licik dan mata duitan, tiba-tiba Bandot tersenyum seolah mendapat ide cemerlang.”Hmm…bagus juga niih..seandainya orang-orang yang lewat disini setiap hari kutarik pajak,..wooow…aku akan semakin bertambah kaya. Tapi…bagaimana ya..caranya agar mereka mau membayar, tak mungkin mereka mau hanya melewati jalan umum ini kutarik pajak ?” Setelah melamun agak lama, tiba-tiba ia tertawa sambil berkata, “He…he..he…he…he…ini..baru cemeerlang. Yaaah..sebentar lagi jalan yang ada didepan masjid akan kubuat kolam, dan setiap orang yang kakinya masuk kolam harus bayar padaku…ha..ha…ha..ha..baguus, …baguuus,….baguuus”.
Keesokan harinya dipanggillah sejumlah pekerja bangunan untuk membuat kolam diatas jalan yang menuju pintu masuk masjid selebar badan jalan, sehingga orang yang mau masuk ke masjid harus melewati kolam yang airnya sedalam mata kaki.
Kemudian melalui salah seorang tukang pukulnya juragan Bandot memberi pengumuman, “Pengumuman !, pengumuman!,..perhatian kepada semua warga desa Sukarmaju. Pimpinan kita telah memikirkan semua rakyatnya ketika mau memasuki masjid, kakinya harus bersih. Untuk itu Juragan sangat berbaik hati dengan membangun kolam yang luas didepan pintu masuk masjid tanpa meminta sumbangan kalian. Tetapi apabila kaki kalian basah oleh air kolam, kalian hanya diwajibkan membayar beaya ganti airnya saja sebesar dua sen, dan ini sudah menjadi keputusan!!” .
Semua penduduk yang hadir terbengong-bengong dan saling berpandangan, bahkan ada yang berguman “Huuu…ini sama saja pemerasan, mana ada orang yang mau masuk masjid tidak melewati kolam, dan mana ada orang melewati kolam kakinya tidak terkena airnya, ini namanya akal-akalan juragn Bandot saja”.
Mulai hari itu setiap orang yang mau kemasjid dan kakinya basah oleh air kolam harus dua sen pada tukang pukul juragan Bandot yang berjaga didepan pintu masjid.
Namun lama kelamaan para penduduk akhirnya merasa resah, karena setiap kali akan menjalankan shalat dimasjid harus menyediakan uang dua sen. Akhirnya sebagian penduduk ramai-ramai kerumah Dul Shomad seorang tokoh yang disegani dan dihormati untuk dimintai pendapat. Setelah semua selesai bercerita panjang lebar, Dul Shomad diam sebentar, lalu tersenyum dan berkata dengan pelan tapi jelas, “Hmm……..begitu to ceritanya”, Lalu Dul diam agak lama, Lalu berkata,”Baiklah semuanya, mulai besok kalian semua membuat “egrang bambu” kemudian berlatih untuk menaiki, setelah semua bias, nanati jika pergi kemasjid, saat melewati kolam, semuanya menaiki egrang tersebut, insyaAllah kakai kalian tidak akan tersentuh air”. “Waa bagus benar ide pak Dul”, kata orang-orang yang dating kerumahnya.
Keesokan harinya semua penduduk yang biasa pergi kemasjid ramai-ramai mencari bambu untuk dibuat egrang (dua potong bambu yang panjangnya tiga meter, setengah meter dari pangkal bawah diberi tempat pijakan kaki). Kemudian berlatih untuk berjalan diatas pijakan egrang. Setelah semuanya mahir, setiap orang yang mau berangkat kemasjid masing-masing membawa sepasang egrang, begitu sampai dipinggir kolam, orang-orang menaiki egrang sampai keseberang kolam yang didikuti oelh Dul Shomad, lalu langsung menuju masjid tanpa membayar. Melihat kejadian tersebut para pengawal yang berjaga disitu marah dan menangkap semua orang yang ada disitu untuk dihadapkan pada juragan Bandot.
Dengan nada marah juragan Bandot berkata, “Kalian semua telah melanggar kesepakatan, tidak mau membayar, jadi kalian akan dihukum !!”. Dul Shomad mewakili semua yang hadir berkata dengan tenang, “Lho yang saya tahu peraturannya kan begini, barang siapa yang kakinya basah oleh air kolam, maka wajib membayar,dan orang-orang yang melewati kolam jangankan basah, menyentuh airt kolampun tidak. Iiya kan pak Bandot, bukankah peraturan itu yang membuat anda sendiri?”. Juragan Bandot tidak bisa menjawab lagi, tahu kalau peraturannya memang begitu.
Karena merasa kalah dan malu oleh Dul Shomad, maka sejak saat itu orang-orang yang kakinya kena air kolam tidak dipungut beaya lagi, para penduduk bersyukur dan berterima kasih pada Dul Shomad yang cerdik dan pandai. (MalikAzizi)
Jumat, 26 Oktober 2007
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar