Jumat, 26 Oktober 2007

Jalan terjal Perwira muslim yang terluka

Jalan terjal Perwira muslim yang terluka

Harta, keindahan duniawi serta jabatan adalah sesuatu perkara yang membuat manusia silau dan lupa akan segala-galanya. Untuk urusan yang satu ini jika mata dan hati sudah tertutup oleh nafsu, apapun yang ia pertaruhkan, bahkan sampai akidahpun dapat dikorbankan demi tercapai maksudnya. Kecuali bagi orang yang mempunyai iman yang kuat karena memperoleh hidayah dari Allah.

Hal seperti ini terjadi pada diri seorang perwira lulusan Akademi Militer elite West Point tahun 1990 Kapten James “Youseff” Yee yang sebelumnya pemeluk Kristen Lutheran. Setelah berkenalan dengan beberapa orang perwira muslim Angkatan Darat Mesir yang satu kelas dengannya saat mengikuti pendidikan transportasi di Fort Knox, Kentucky, ia sangat tertarik saat para perwira Mesir itu berpuasa selama bulan Ramadhan yang kemudian menjadi inspirasi untuk mempelajarinya sendiri. Ketika pendidikan di Suriah, ia bertemu dengan Huda yang kemudian menjadi istrinya, kemudian bergabung dengan dinas militer Arab Saudi, sejak saat inilah hidayahnya datang. Dorongan hatinya untuk masuk Islam semakin kuat, sehingga selama kurun lima tahun ia belajar bahasa Arab dan Islam langsung dari Syeikh Ahmad Kuftaro, Mufti Besar Suriah, yang dilanjutkan dengan menunaikan ibadah haji ke Tanah Suci. Merasa dirinya orang Amerika, disana tidak merasa berbeda dengan umat Islam lainnya. Setelah pulang kenegerinya Yee dengan menampilkan wajah Islam yang 'cantik' dan toleran. Kemanapun ia pergi selalu menyampaikan, bahwa Islam bukan agama kekerasan baik di pangkalan militer, gereja, masjid, kampus dan di jalan-jalan Olympia, kota tempatnya tinggalnya

Bertugas di Guantanamo
Loyalitas pada negaranya ini terlihat pada dinas kemiliterannya yang terdaftar sebagai pembina rohani di Batalyon Sandi ke-29 di Fort Lewis. Beberapa hari setelah peristiwa 11 September, Kapten James J Yee, mendapat tugas baru yaitu ditugaskan untuk membina para tahanan Muslim di penjara Teluk Guantánamo, Kuba. Di tempat inilah ia yang membuat azan terdengar lima kali sehari ke seluruh sudut penjara lewat sebuah pengeras suara, CD player maupun suaranya sendiri. Ia juga menjadi Imam dan khatib shalat Jum’ah bersama para tahanan. Ketika terjadi kesalah fahaman antara para tahanan dan petugas penjara, ia kemudian duduk ditengah untuk menyelesaikan masalah. Kekejaman, pelecehan terutama terhadap Al Qur’an dan symbol-simbol Islam lainnya yang kerap dilakukan oleh para penjaga kerap dicoba untuk diredamnya. Ia juga sering berusaha mengingatkan, menegur dan menghentikan penggeledahan para tahanan yang dilakukan oleh para penjaga wanita, karena hal ini melanggar peraturan dan perbedaan kelamin.

Derita membawa berkah
Ketika karirnya sedang melaju, tiba-tiba badai datang menghantam dirinya. Berbagai tuduhan dan fitnahan menyerang silih berganti. Dirinya dituduh sebagai mata-mata, membantu musuh, pelanggaran tugas militer serta berbagai pengkianatan lainnya. Puncaknya ketika Kapten Yee meninggalkan Guantánamo untuk pulang, belum juga ia sempat menemui keluarganya, para pejabat militer menangkapnya di suatu tempat di Florida dan menahannya di sebuah markas militer di South Carolina tanpa diketahui oleh keluarganya. DisanaYee mendapat perlakuan kejam layaknya tahanan lain seperti dilempar ke bak truk dengan tangan dan kaki terikat serta siksaan-siksaan lainnya.

Didalam tahanan, Yee lebih banyak menghabiskan waktunya untuk berdoa dan membaca Alquran serta sejarah nabi-nabi, sehingga nama Muslimnya terinspirasi tentang kisah perjalanan nabi Yusuf. Dia juga selalu membandingkan ayat-ayat Alquran dengan muatan Injil, ia berpendapat bahwa, banyak orang tak tahu JIKA NABI Isa yang disebut Yesus bagian dari Islam, tetapi Muslim percaya ia seorang nabi.
Penahanan selama 76 hari di kamp Guantanamo, Kuba, membuat sang Kapten benar-benar 'terluka'. Dia meyakini Pemerintah Amerika Serikat telah berbuat salah dalam penahanan tersebut. Karena itu, sampai sekarang dia terus menanti adanya permintaan maaf secara resmi dari Pemerintah AS.

Ekspresi lewat tulisan
Perjalanan terjal dan pahit yang dialaminya selama berkarier di militer dan bertugas di Guantanamo ditulisnya dalam buku berjudul For God and Country: Faith and Patriotism Under Fire, yang berisi tentang kemarahan para tahanan, Guantanamo adalah tempat tahanan tanpa proses yang benar serta mereka yang mendekam disana karena beragama Islam. Namun, itu belum cukup mengobati 'lukanya', untuk itu ia menyuarakan kepada generasi keturunan Cina yang migrasi ke AS berharap kisah perjalannya selama di Guantanamo itu bisa memberi inspirasi bagi banyak orang untuk memahami Islam secara lebih baik. Lewat buku tersebut dia juga berharap banyak orang bisa belajar tentang perjuangan menggapai keadilan, kesetaraan, dan kemerdekaan. Yee yang lebih tepat disebut sebagai da’i itu yakin, masalah yang dialaminya juga masalah yang dialami hamper semua umat Islam. (Imm)

Tidak ada komentar: