Jumat, 26 Oktober 2007

Muhammad bin Sirin seorang yang jujur

Muhammad bin Sirin seorang yang jujur

Pembaca yang soleh, Islam mengajarkan kita harus jujur. Karena sifat yang dimiliki nabi Muhammad ini juga harus dimiliki oleh semua orang muslim.
Jika kita bersikap jujur insya Allah kita akan selalu dihormati oleh semua orang.
Seperti salah seorang sahabat nabi Muhammad, yaitu Muhammad bin Sirin yang dilahirkan dua tahun menjelang berakhirnya kekhilafahan Utsman bin Affan RA. Meski ayahnya seorang budak tapi semenjak kecil sudah dididik mempunyai sifat wara dan taqwa dari segala segi.
Saat menginjak usia baligh sangat rajin dan berhasil memperoleh ilmu ilmu agama dari para sahabat yang lebih tua seperti Zaid bin Tsabit, Abu Hurairah, Anas bin Malik, dan masih banyak lagi.
Beberapa tahun kemudian, bersama keluarganya pindah ke Bashrah, Irak. Disana Sirin mengajarkan ilmu-ilmu agama disamping berdagang.
Bila fajar menyingsing, dia pun berangkat ke masjid untuk mengajar dan belajar. Siangnya berdagang kepasar dan malamnya kembali melaksanakan ibadah dengan tekun dan khusu’.
Saat dipasar Dia selalu berpesan pada teman-temannya sesama pedagang, "Bertakwalah kepada Allah, wahai anak saudaraku! Carilah rejeki ditakdirkan kepadamu dengan cara yang halal. Ketahuilah bahwa jika engkau mencarinya tanpa cara yang halal, niscaya kamu tidak akan mendapatkannya lebih banyak dari apa yang telah ditakdirkan kepadamu."

Dikisahkan, Pada suatu hari Muhammad bin Sirin membeli minyak dalam jumlah besar. Namun setelah dibuka salah satu kantong minyak, dia telah menemukan didalamnya bangkai tikus yang telah busuk. Lalu Ia berkata dalam hati, “Minyak ini sebelumnya terkumpul pada tempat yang besar. Kalau begitu minyak lainnya juga tercemar najis juga. Tapi kalau aku kembalikan bisa jadi sipenjual akan dijualnya kembali pada orang lain”. Kemudian ia membuang semua minyak yang najis tersebut. Dengan begitu Sirin mengalami kerugian yang sangat besar. Pada saat pemilik minyak meminta pembayaran, dia tidak mampu membayarnya hingga ditangkap dan dipenjarakan sampai bisa melunasi hutangnya.
Karena melihat Sirin orang yang tekun dalam beribadah, dan jujur, sipenjaga mempersilahkan untuk pulang pada malam hari agar dapat mengerjakan ibadah dirumah. “Tidak, jika aku pulang berarti aku mengkhianati waliyl amri (pemimpin), jadi biarlah saya ikhlas disini”.

Suatu saat sahabat Anas bin Malik jika kelak meninggal berwasiat agar jasadnya dimandikan, dikafani dan dishalati oleh Sirin. Maka ketika Anas meninggal orang-orang meminta hakim agar mengeluarkan Sirin untuk melaksanakan wasiatnya. Ketika hakim mengizinkan, dia tidak mau keluar, sampai sipemilik minyak yang menghutangi mengizinkan, barulah dia keluar untuk mengurus jenazah sahabat Anas.
Setelah selesai keperluannya, dia langsung kembali kepenjara tanpa mengunjungi rumahnya, walau hanya sebentar.
Pernah suatu ketika Muhammad bin Sirin menghadap penguasa Bani Umayyah, dengan berani Ia mengucapkan kebenaran, dan secara ikhlash juga memberikan nasehat dari Allah, Rasul-Nya serta para pemimpin kaum Muslimin.
Ketika pulang, sang penguasa mengucapkan selamat berpisah kepadanya dengan perlakuan yang sama saat menyambutnya, yaitu dengan penuh kehangatan dan penghormatan. Bahkan dia memberikannya sebuah kantong berisi uang 3.000 dinar, namun Ibn Sirin tidak mengambilnya. Karena Sirin mempunyai niat yang ikhlas pada penguasa Umayah tersebut. Muhammad bin Sirin wafat pada usia 77 tahun. (Haydar)

Tidak ada komentar: