Jumat, 26 Oktober 2007

'The Origin of Man'.

Bukti kebenaran kandungan Al-Qur’an

Bagi sastrawan, ayat kauniyyah (tentang alam semesta) mungkin akan memberi kesan tingginya nilai bahasa Al-Qur'an, tetapi ayat yang sama bisa memberikan petunjuk yang lebih signifikan pada pembaca yang menguasai kosmologi, biologi, matematika,
kimia, fisika, dan lain-lain. Asumsi Al-Qur'an hanya sebagai Kitab Moral agaknya perlu dipertanyakan kembali karena bisa jadi asumsi ini justru mengkerdilkan potensi Al-Qur'an dalam memberikan kontribusi pada perubahan yang terus terjadi sepanjang kehidupan manusia. Sebagai sebuah Kitab yang berasal dari Allah Swt, Al-Qur'an tidak mustahil memiliki potensi yang jauh lebih luas dalam kapasitasnya sebagai petunjuk bagi seluruh manusia. Persoalannya tinggal sejauhmana manusia mampu menangkap makna simbol-simbol bahasa Al-Qur'an yang tentu saja tergantung pada kapasitas ilmu yang dimilikinya. Jika wacana Qur'ani yang muncul ke permukaan selama ini hanya wacana moral, tentu saja karena penafsiran Al-Qur'an selama ini dimonopoli kelompok agamawan yang ladangnya adalah persoalan moral. Namun bagi para ilmuwanpun, Al-qur’an tidak kalah pentingnya karena karena kandungannya merupakan sumber dari segala sumber ilmu dan inspirasi baginya.

Terinspirasi ayat Al-Qur’an
Prof Dr Roger Garaudy dan Dr Maurice Bucaille di Perancis pernah mengkaji dan menguji Alquran dari segi isinya sampai seberapa jauh kebenaran ilmiah ayat-ayat yang terkait dengan proses kejadian manusia. Ia menemukan dalam Surat Al Hajj ayat 5, bahwa ternyata menerangkan dengan jelas bagaiman penggambarkan asal muasal manusia, lebih tepat dari ilmu embriologi mutakhir yang kemudian secara jelas diditulisnya dalam bukunya yang berjudul 'The Origin of Man'. Tidak hanya itu, QS Lukman ayat 14 juga menyuruh seorang ibu untuk menyusui anaknya sampai umur 2 tahun. Sedangkan para dokter pada tahun 1960-an, menyuruh anak disapih bila sampai umur 1 tahun. Hal inilah yang mementahkan pendapat beberapa para ahli yang menganggap bahwa perintah menyusui pada 2 tahun itu tidak ilmiah. Sehingga mulai tahun 70-an, berdasarkan hasil penelitian yang sangat luas dari WHO pada para ibu di negara-negara berkembang, dianjurkan menyusui anaknya dengan ASI sampai sekurang-kurang selama 2 tahun. Disamping bagi mereka yang keadaan sosial ekonomi dibawah standar juga mengurangi beban untuk membeli susu non ASI. Selain itu menurut para penelita dan ahli, susu ibu adalah satu-satunya sumber protein yang sangat berguna untuk pertumbuhan anak, khususnya perkembangan otaknya.

Bukti nyata dari Allah
Contoh lainnya, jika kita cermati dalam ilmu kedokteran dari zaman Hipocrates sampai sekarang tampak kemajuan yang teratur dan bertingkat. Namun, dalam pembalseman mummi jenazah, tenyata orang Mesir purba jauh lebih maju dari ilmu kedokteran mutakhir. Bahkan hingga kini para ahli jangankan mengungguli, menemukan formulanya pun belum dapat. Lalu sampai kapan ilmu mesir kuno ini dapat ditemukan ? Wallahu a’lam. Pengecualian tingginya ilmu kedokteran untuk mengawetkan mayat itu adalah wilayah kekuasaan dan ketentuan Tuhan. Hal itu untuk membuktikan janji Allah kepada Fir'aun, yang mengangkat dan menobatkan dirinya sendiri jadi Tuhan dan sangat terlambat bertaubat.

Inilah satu diantara semua kehebatan Al-qur’an sehingga seorang Maurice Bucaille secara jujur mengakui akan kebesaran Al-qur’an yang jauh lebih dahulu dari semua ilmu termasuk kedokteran. Disinilah yang perlu disikapi bagi pembaca yang beriman, kelak jika datangnya Nuzulul Qur’an janganlah Cuma membekas pada seremonialnya, namun kita sebagai muslim harus dapat mengkaji semua ilmu yang dikandung dalam Al-Qur’an ini. (Imm)

Tidak ada komentar: