Jumat, 26 Oktober 2007

Kesabaran seorang pemuda miskin.

Kesabaran seorang pemuda miskin.
Alkisah di sebuah desa kecil ditepi hutan yang lebat, tersebutlah seorang pemuda yang tampan dan pendiam, Sanjaya namanya. Ia hanya seoarang anak janda miskin yang sehari-harinya selalu membantu ibunya mencari kayu bakar dihutan untuk dijual kepasar. Karena miskin ia sering dihina dan selalu dijauhi oleh penduduk disitu.
Setiap pulang dari pasar Sanjaya sering duduk termenung dibawah pohon sambil menghayal,” Alangkah bahagianya teman-temanku. Mereka bisa mencari ilmu dan belajar silat, dapat menjadi prajurit dikerajaan. Sedangkan aku, untuk makan sehari-hari saja sudah bersyukur. Tapi tak apalah membantu ibuku sudah lebih dari cukup dan merupakan suatu kewajiban untukku”.
Ibunya setiap malam selalu menasehati dan menghibur agar Sanjaya tidak putus asa, ”Sudahlah nak..Ibu memang tidak bisa membiayai kamu menuntut ilmu. Tapi percayalah do’a ibu setiap hari didengar oleh Yang Maha Kuasa. Suatu saat keinginanmu akan tercapai”.

Suatu malam Sanjaya bermimpi didatangi seorang kakek tua dan berkata,”Hai cucuku, kamu anak yang berbakti pada ibumu, bila kamu ingin mendapatkan keinginanmu, pergilah kesebuah hutan dilereng gunung yang paling barat dinegeri ini. Disana kamu akan menemukan seorang pertapa sakti dan tuntutlah ilmu disana”. Sanjaya terbangun dan betapa terkejutnya dia karena hanya subuah mimpi. Esoknya ia menceritakan mimpi itu kepada ibunya. Ibunya sedih karena putra satu-satunya akan pergi hingga tak tahu kapan kembali. “Baiklah naaak…..bila itu keinginanmu, ibu tidak bisa menghalanginya. Ibu akan berusaha sendirian disini, berangkatlah dan carilah apa yang selama ini kamu inginkan”. Akhirnya dengan berat hati si ibu melepas kepergian putranya seorang diri dengan linangan air mata dan do’a.
Esoknya dengan berbekal seadanya Sanjayapun berangkat kegunung yang menjadi tujuan. Banyak penduduk yang mencibiri dan menghinanya, namun Sanjaya hanya diam dan menunduk.

Setelah hampir tiga pekan ia menempuh perjalanan yang amat melelahkan, akhirnya tibalah dihutan kaki gunung yang dituju. Karena kelelahan akhirnya tertidur, namun ketika bangun tiba-tiba dihadapannya segerombolan perampok dengan golok terhunus dan membentak, “Hai!!!..anak muda beraninya kamu masuk kewilayah kami. Sanggup kamu membayar pajak bagi siapa saja yang memasuki daerahku”. “Ampun kisanak kami tak punya apa-apa hanya ini bekal secukupnya yang aku bawa” jawab Sanjaya. “Kurang ajar!!! Ambil semua bekalnya buang dia dijurang”.
Sanjaya hampir pingsan dibawah jurang, dengan sekuat tenaga ia berusaha bangkit. Apa saja yang ada disitu ia makan. Akhirnya dengan sisa-sisa tenaga ia berhasil kepuncak gunung dan memasuki sebuah goa, disitu akhirnya pingsan. Setelah siuman samar-samar dihadapannya berdiri seorang kakek berpakaian serba putih dan berkata dengan lembut, “Anak muda apa maksudmu jauh-jauh kesini, apa yang kau cari?”. Lalu diceritakanlah semua peristiwa yang menimpanya. “Akulah orang yang kau cari, rupanya hanya kamulah yang pantas mewarisi semua ilmuku sebelum aku meninggal” kata orang tua tadi. Sejak saat itu Sanjaya digembleng ilmu beladiri maupun ilmu-ilmu sosial lainnya.
Suatu hari Sanjaya diajak bicara serius pada orang tua tersebut, “Nak kamu disini sudah hampir sepuluh tahun. Kiranya sudah cukup ilmumu dan kini saatnya kamu turun gunung. Saat ini negerimu membutuhkan kamu, cepatlah berangkat”.

Keesokan harinya dengan rasa berat Sanjaya berpamitan gurunya dan turun gunung. Saat dijalan ia dicegat lagi sama gerombolan yang dulu merampoknya. Tapi dengan bekal ilmu yang dimilikinya semua dapat ditumpas habis. Penduduk setempat bersukur karena daerahnya kini aman sehingga ia mendapat tambahan bekal dari para penduduk.

Sampailah ia dikota raja yang ternyata terjadi pemberontakan, sang raja beserta keluarganya ditawan. Ketika memasuki gerbang kota. Sanjaya dihadang penjagaan berlapis, pertarungan sengit terjadi, akhirnya musuh dapat dilumpuhkannya. Kemudian dengan hati-hati memasuki kota satu persatu lawan dapat dilumpuhkan, tinggal para gembongnya yang agak sulit untuk ditundukkan.
Sanjaya terjepit dan terluka, dengan mengerahkan segala kemampuannya, pemimpin pemberontak akhirnya dapat ditaklukkan. Sang raja lalu dibebaskan, sebagai ungkapan terimakasih Sanjaya dijodohkan putrinya dan menggantikan kedudukan tahtanya. Namun apa yang terjadi, ternyata Sanjaya menolak. Ia memilih kembali pulang kedesa untuk menemui ibunya. Namun sesampai didesanya ia terkejut, ternyata ibunya telah lama meningal. Untuk mengenang ibu dan tanah kelahirannya ia membangun dan memimpin desa tersebut menjadi bagian dari kerajaan bersama putrid raja. Penduduk yang dulu menghina kini berbalik tunduk dan menghormatinya. Setelah raja meninggal Sanjaya naik tahta dan pusat kerajaan dipindah didesanya. (Maulana)

Tidak ada komentar: