Senin, 21 Januari 2008

Mencari Keridhoan Allah Dari Amal dan Sedekah

Sudahkan kita menyadari amal atau sedekah yang selama ini kita keluarkan hanya semata-mata ikhlas karena Allah ?

Setiap manusia yang beramal atau bersedekah, pasti mempunyai niat atau tujuan yang beraneka ragam. Dari amal yang bersifat kecil, seperti memberi sesuatu pada tetangga, pengemis dijalan hingga menyumbang bahkan mendirikan masjid atau madrasah. Sebenarnya perbuatan ini sangat mulia, serta dianjurkan oleh Rasul. Allah akan memberi balasan yang berlipat jika semua dilandasi dengan rasa ikhlas dan ridho karena Allah. Apalagi jika hasilnya dipakai secara terus-menerus, seperti menwakafkan tanah untuk masjid, madrasah, makam dan lainnya. Pahalanya akan semakin bertambah terus selama ada orang yang menggunakannya untuk kemaslahatan. Tapi, masih banyak dari mereka yang kurang atau tidak menyadari bahwa semua amalan tersebut selalu mengandung resiko serta godaan yang akan menghapus pahala dari perbuatan itu sendiri. Niat yang semula ikhlas dan ridho hanya untuk Allah tanpa dirasa, pelan-pelan akan melenceng dari tujuan semula.

Misalnya niat hati mau menyumbang pembangunan masjid dengan ikhlas karena Allah. Tapi ketika disitu hadir seorang tokoh yang disegani atau pembesar hadir, tanpa disengaja dan disadari, dalam hati kita sedikit saja merasa bangga jika sumbangannya diketahui oleh mereka dengan harapan mendapat perhatian atau sanjungan. Kemudian contoh yang lain misalnya. Ketika kita memberi sedekah pengemis dengan jumlah yang banyak dengan niat hati yang ikhlas karena hanya mengharap pahala dari Allah. Tanpa sengaja kita ceritakan kepada orang lain tentang perbuatannya tadi.

Dari sinilah setan membuat jebakan godaan halus melalui sifat yang dinamakan ‘pamer’ yang berujung riya dan berakibat hangusnya pahala amalan. Berapapun amalan seseorang, jika sudah terkontaminasi penyakit ini maka akan sia-sialah mereka. Setelah kita mengetahui semua ini, lalu apa yang harusa kita lakukan ?

Sebenarnya mudah dan gampang yaitu, ilmu dan ikhlas dalam hal ibadah yang harus seimbang dan jangan sampai dipisahkan. Ilmulah yang menjadi pegangan dan pembimbing manusia untuk mengetahui kebenaran. Bagaimanapun tekunnya seseorang melaksanakan ibadah jika tidak dilandasi dengan ilmu yang benar, maka ia akan tersesat. Berbeda dengan ilmu yang benar sudah dimiliki, maka seseorang dalam menjalankan ibadah sesuai dengan tinggal bagaimana kita menjalankan ibadah yang benar hingga akhirnya timbullah rasa keikhlasan dari dalam hatinya. Dari sini seseorang akan menyadari dan tahu bagaimana sikap ikhlas yang menuntun jiwa kita hanya untuk melakukan sesuatu karena Allah, bukan karena ingin disanjung atau dipuji.(masIm)


.

Mencela Sesama Makhluk, Berarti Mencela Allah




Dalam kehidupan sehari-hari, kita tidak menyadari jika ucapan yang terkadang ringan keluar dari mulut, seakan-akan bagaikan angin yang berhembus tanpa ada yang menghalanginya. Misalnya, “Sialan, hujan terus tidak terang-terang, Huh angin ini bikin porak poranda rumahu..”. dan lainnya. Hal-hal seperti inilah kita harus selalu berhati-hati, karena mencela makhluk Allah sama saja dengan mencela Allah. Karena itulah Rasulullah SAW mengajarkan kita agar selalu menjaga lisan dari kebiasaan “car-cor” istilah orang Jawa, bahkan sampai mengumpat, karena ini akan mendatangkan dosa.

Raulullah SAW bersabda :
” Janganlah kamu mencela angin! Jika kamu melihat apa yang kamu tidak suka dari angin itu maka berkatalah: wahai Allah, kami mohon kepadamu kebaikan angin ini, dan berlindung kepada-Mu dari keburukan angin ini, dan dari keburukan yang ada pada angin ini, dan dari keburukan yang angin ini dikirim”. (HR. At-Tirmidzy)

Contoh lain misal, ketika manusia diberi kenikmatan berupa sakit, bagi orang yang kurang bersabar, maka ia akan berkeluh kesah bahkan sampai mencela penyakit yang ia derita. Hal inilah yang dilarang oleh Rasulullah SAW, karena Beliau pernah bersabda :

Rasulullah menemui Ummu Saib dan bersabda: “kenapa engkau gemetar wahai ummu saib”, Dia menjawab: “Demam, semoga Allah tidak memberkahinya”. Maka beliau bersabda: “janganlah engkau mencela demam, sesungguhnya demam itu akan menghilangkan dosa-dosa anak Adam sebagaiman tungku api pandai besi membersihkan kotoran besi”. (HR.Muslim )

Karena itulah kita sebagai orang mukmin yang bertakwa hendaknya bersabar dan ikhlas ketika diuji berupa sakit, karena sakit adalah suatu kenikmatan.

Kemudian terhadap makhluk Allah lainnya misalnya binatang. Meskipun manusia derajatnya jauh lebih tinggi dari pada binatang, namun Rasul melarang kita untuk mencela apalagi sampai menyiksa binatang. Karena makhluk Allah yang satu ini sering membantu manusia.
Misalnya ayam jantan yang setiap pagi berkokok, mungkin diantara kita tidak pernah menyadari kalau ayam yang kita lihat sehari-hari, ternyata ia memiliki keutamaan membantu manusia dalam membangunkan ketika Subuh datang untuk beribadah kepada penciptanya.
Rasulullah SAW bersabda :

“Janganlah kamu mencela ayam, karena ayam jantan itu membangunkan (orang) untuk shalat”. (HR. Abu Dawud)

Beginilah Rasul mengajarkan kita dalam mengobati hati dan lisan sehingga seorang mukmin akan bersih dari segala perkara yang dapat merusak keimanan dihadapan Allah. Alangkah agung dan indahnya Islam ini, yang selalu berusaha menjaga dan membersihkan lidah manusia dengan melarang mencela terhadap binatang maupun makhluk Allah lainnya. Sehingga manusia yang terbiasa menjaga lidahnya dari mencela binatang, akan mudah baginya menjaga lidahnya di dalam segala yang diridhoi oleh Allah SWT (Imam)


Harga Sebuah Toleransi dan Persaudaraan


.

Pada mulanya berdalih toleransi, kerukunan warga, demi persatuan dan macam-macam bahasanya, mereka memanjakan dengan kenikmatan yang serba gratisan demi menerobos sasaran selanjutnya..........

Kawasan “M Indah” Semarang, salah satu perumahan swasta kelas menengah kebawah ini sebenarnya juga belum cukup lama berdiri. Tapi penghuninya sudah padat, tak satupun rumah yang kosong yang tersisa, dan Alhamdulullah penghuninya mayoritas muslim, meski ada yang Islam KTP. Mereka cukup tenang, tentram, damai dan saling toleransi antar umat beragama. Kaum muslim disanapun melaksanakan ibadah juga seperti biasa, sholat berjamaah, mengadakan berbagai kumpulan pengajian dan lain-lainnya. Sementara yang Nasrani juga sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri, mereka saling toleransi, menghormati, dan hidup rukun berdampingan. Itu jika dilihat sepintas dari luar. Namun ketika ditelusuri lebih dalam, rupanya ada sesuatu yang membahayakan, tapi tak pernah disadari oleh kaum muslim disana karena budaya ewuh-prekewuh. persaudaraan
Mulanya orang-orang Nasrani yang dikomandoi Sdrn selalu mendatangi acara Halal bihalal yang rutin rutin diadakan setiap tahun, serta hajatan-hajatan warga dikampung itu. Lalu sebaliknya, ketika kelompoknya Sdrn punya hajatan entah itu selapanan, selamatan atau pernikahan, mereka selalu mengundang para tetangganya yang muslim. Meski sedikit-sedikit dikemas dengan acara yang berbau gereja, namun semua hanya mendengarkan baik lagu pujian atau khotbah pendetanya. Lama-lama Sdrn cs memberanikan diri dalam acara yang lebih religius, kali ini acaranya pada perayaan hari besar Nasrani, dengan dalih kerukunan agama, dan toleransi. Dengan bahasa yang halus dan santun ia berdalih sebagai balasan saat hadir diacara halal bihalal. Hal ini berlangsung hampir tiga tahun berturut-turut, saling bergantian mengundang, dengan acara pokok makan-makan. Karena sifatnya undangan kehormatan dan juga demi menjaga kerukunan, toleransi antar umat beragama di kampung itu, dengan hati lugu dan polos, mereka sama sekali tak pernah menaruh curiga apapun, pokoknya datang, duduk dan makan-makan gratis, selesai. Namun di setiap acara Sdrn cs selalu dikemas secara meriah, menarik yang disisipi dengan menyanyikan lagu-lagu rohani gereja. Walaupun yang melantunkan hanya kelompoknya saja, namun semua ini seolah membuat para tamu yang hadir menjadi terhibur, seperti terhipnotis untuk ikut mendengarkannya. Lambat-laun akhirnya Sdrn cs mulai memberanikan diri mengundang mereka dalam acara hari-hari besar agamanya. Ironisnya para tetangganya banyak yang menghadirinya dengan alasan demi persatuan dan toleransi umat beragama.
Kalau kalau sudah begini....lengkap sudahlah mereka, ikut menghadiri perayaan hari-hari besar Nasrani, meski hanya duduk diam dan makan. Kelompok aktivis gereja itu merasa menang dapat “menyihir”, menjaring dan menanamkan pengaruh pada domba-domba yang tersesat (istilahnya). Meski perjuangannya harus dengan sabar, pelan selama bertahun-tahun dengan beaya yang tidak sedikit pula. Bahkan kelompok Sdrnpun tak segan-segan mengeluarkan bantuan pada orang-orang yang dianggap memerlukan. Mereka tahu jika kaum muslim ikut mengucapkan selamat hari.....apa saja pada hari-hari perayaan Nasrani, apalagi ikut menghadiri, berarti ia sudah ikut meyakini. Sedangkan mereka yang menerima bantuan dengan harapan nantinya dapat mengikutinya. Nah disinilah letak kesalahan fatal saudara-saudara kita yang disana namun sekali lagi...mereka tidak sadari bahwa hal yang demikian itu sangat-sangat keliru.(Imm)
**(sumber Mjn, tokoh masyarakat setempat)**

Dilematis Istri Mengatasi Perselingkuhan Suami

“Assalamu’alaikum……” Ucap Firman saat memasuki halaman rumahnya setiap kali pulang kantor. “Wa alaikum salaam……itu ayah datang, ayo adik salim..” jawab Heni dengan senyum manis, ia bangkit dari kursi teras dengan putranya untuk menyambut. Begitulah yang dilakukan ibu muda tersebut setiap sore saat menanti kedatangan suaminya. Ia selalu berpenampilan rapi, dandanan menarik dan cantik, seolah bagaikan mau menyambut suaminya diatas ranjang. Suasana rumah tangga Heni dan Firman dengan putra satu-satunya Jefri selama hampir lima tahun selalu harmonis. Mereka membangun mahligai cinta dengan rasa ikhlas dan penuh keterbukaan sehingga keduanya saling mengerti, mengisi menghormati dan selalu romantis.

Namun suasana tersebut kini telah terusik dengan beredarnya gosip perselingkuhan antara Firman dengan teman sekantornya. Heni yang semula hanya diam lama-lama tak kuasa menahan kesabaran atas sikap suaminya yang dianggap mengkianati cintanya. Sikap yang dulu manja kini lebih banyak diam, sering murung dan pemarah. Suasana romantis dan mesra dalam menyambut suaminya saat pulang kerja kini sudah tidak dijumpai lagi. Sikapnya lebih banyak acuh tak acuh, selalu menghindar dihadapan suami. Keributan-keributan kecil yang berubah menjadi pertengkaran sering terjadi, bahkan Heni sampai pulang keorang tuanya selama berhari-hari. Rumah tangganya yang dulu tentram damai, kini terancam rusak dan hancur akibat kasus yang bernama “perselingkuhan”.

Kejadian yang menimpa pasangan Firman-Heni ini salah salah satu contoh dari jumlah-jumlah kasus perselingkuhan yang sering kita jumpai. Meskipun ketika akad nikah, semua pasangan suami-istri selalu mengucap janji-janji “ Akan saling mencintai, membangun, menjaga bahtera rumah tangga....dan lain-lain-dan lain-lain” , namun fakta dimasyarakat berbicara lain. Lihatlah, dimana-mana, betapa banyaknya, betapa mudahnya kasus-kasus perselingkuhan Mereka dengan enaknya mengatakan “selingkuh itu indah, selingkuh itu...bla-bla-bla....pokoknya banyak istilahnya”, seolah menjadikan perselingkuhan sesuatu yang trend serta populer dimasyarakat. Disisi lain istri yang semula percaya, sepenuhnya tawadhu pada suami, harus menanggung luka, sakit hati, derita dimadu cinta, dan cemburu berkepanjangan. Akhirnya jalan pintas yang mereka tempuh, broken home, perceraian, bahkan ada yang jatuh korban, sementara sang suami terus berkubang dalam jurang perzinahan. Jika sudah begini apa dan siapa yang salah ?

Perselingkuhan dalam rumah tangga adalah masalah yang sangat kompleks dan pelik, meski kedengarannya "biasa". Namun kita harus benar-benar berpikir secara jernih, objektif, proporsional dan bijak dalam melihat masalah ini. Dimanapun juga yang namanya selingkuh, dengan atau tanpa hubungan seks jelas-jelas haram hukumnya. Bahkan dinegara-negara Barat yang terkenal dengan sekulerisme dan hidonismepun juga tidak membenarkan. Pernikahan dianggap “wadah” yang steril dari perselingkuhan, dan kesetiaan menjadi mutlak seratus persen bagi suami-istri, tak peduli berapapun umur dan pernikahan. Secara simpel tentu saja perselingkuhan dalam rumah tangga akan berdampak buruk dan negatif bagi siapa saja.

Namun kita juga harus bisa melihat, menilai secara objektif dan proporsional apa "latar belakang” dan “penyebab" kasus ini. Kita tak bisa memberi cap suami "peselingkuh" tersebut sebagai orang bejat, tidak bermoral, atau orang tak beragama. Karena realitanya, tak sedikit "peselingkuh" tersebut termasuk tipe suami yang baik, dan bukan tipe orang yang "gatel", brengsek, dugem, senang kelayapan dan paly boy.

Faktor utama suami berselingkuh, jelas.... yang utama karena menipisnya keimanan, kurangnya pengetahuan tentang agama. Namun ada lagi yang tak kalah pentingnya penyebab para suami mencari “rasa lain”. Yakni "ketidakberesan" di dalam rumah tangga, meski sekecil apa pun. Berbagai beban, tekanan, dan problem hidup yang menumpuk serta bervariasi baik dari masalah ekonomi, anak, psikis, komunikasi yang buruk, tempat tinggal terpisah di kota yang berjauhan, masalah pekerjaan, perbedaan status sosial, pendidikan yang mencolok, perbedaan persepsi dan idealisme yang mencolok, "terjebak" pada rutinitas, kejenuhan, dan seksual, semua itu jika dibiarkan berlarut-larut bisa menjadi bom waktu yang dapat meledak kapanpun.

Kehadiran WIL (wanita idaman lain) memang banyak dituding sebagai biang kerok. Bagi “sikorban” istri yang jiwanya lemah, hanya kepasrahan dan linangan air mata yang berharap suaminya kembali seperti dulu lagi. Namun, bagi istri yang tegas, galak, suasana panas akan selalu menghiasi rumah tangga dengan pertengkaran-pertengkaran yang berujung penceraian, broken home dan kehancuran. Tapi benarkah semua “kesalahan” itu harus ditimpakan kepada sang suami atau WIL ? Kalau rumah tangga mereka “baik-baik”, kenapa sampai terjadi “drama cinta segitiga” didalam keluarga ?

Karena itulah bagi istri-istri yang menjadi korban dimadu cinta, sudah saatnya untuk membuang jauh-jauh “cemburu buta”, arogan, kekanak-kanakan dan egoistis. Tapi sebaliknya mari berpikir lebih dewasa, bijak, jernih, bermartabat dan kembali pada aturan Allah. Ingat ! Islam mengharamkan selingkuh, tapi menghalalkan berpoligami, meski sangat berat dan rumit saratnya. Disisi lain, diri sendiri, masih adakah sesuatu yang “kurang” dalam diri maupun rumah tangga sehingga suami mulai berubah? Jika benar, cepatlah “perbaiki” apa maunya, dengan saling terbuka, dan jujur bersama suami.

Janganlah kasus yang merupakan masalah "besar" dalam rumah tangga ini menjadi semakin "besar" dan "melebar" ke mana-mana, yang pada akhirnya bukan hanya terjerumus kedalam “lembah perzinahan”, aib yang terekspos kepada umum. Tapi juga masalah "inti"-nya tidak akan terselesaikan, dan justru akan menyebabkan kehancuran, yang semakin menambah penderitaan, luka, duka dan air mata (Maulana)


Spoot
Poligami Menurut Syariat Islam
Apabila seorang suami yang ingin berpoligami, ada beberapa ketentuan yang telah diatur oleh Islam. Diantara hak setiap istri dalam poligami adalah sebagai berikut :
- Memiliki kemampuan untuk adil dalam bermuamalah dengan istri-istrinya, yaitu dengan memberikan, menyamakan hak dan nafkah kepada masing-masing istrinya.
- Setiap istri memiliki hak untuk mempunyai rumah sendiri. Firman Allah berbunyi :”Allah berfirman, “Menetaplah kalian (wahai istri-istri Nabi) di rumah-rumah kalian.......(QS Al Ahzab 33)”. Dalam ayat ini Allah menyebutkan rumah Nabi SAW dalam bentuk jamak, sehingga dapat dipahami bahwa rumah beliau tidak hanya satu.
- Memberikan hak para istri dengna seadil-adilnya. Dari Anas bin Malik, Kebiasaan beliau Shallallahu 'Alaihi wa Sallam bila menggilir istri-istrinya, beliau mengunjungi semua istrinya dan baru behenti (berakhir) di rumah istri yang mendapat giliran saat itu.(HR Muslim).
- Batasan Malam Pertama Setelah Pernikahan. Dari Anas bin Malik bahwa termasuk sunnah bila seseorang menikah dengan gadis, suami menginap selama tujuh hari, jika menikah dengan janda, ia menginap selama tiga hari. Setelah itu barulah ia menggilir istri-istri yang lain. (HR Bukhari)
- Tidak wajib menyamakan cinta dan jima’ di antara para istri, namun wajib memberi giliran diantara kedua istrinya secara adil. Sekalipun pembagian malam demi malam dapat terjadi, akan tetapi tetap saja ada perbedaan dalam rasa cinta, syahwat, dan jima’

Karena itu bagi suami yang akan berpoligami hendaknya melihat kemampuannya, janganlah pahala yang dinginkan, malah berbalik dengan dosa dan kerugian. “Barangsiapa yang mempunyai dua istri, lalu ia lebih condong kepada salah satunya dibandingkan dengan yang lain, maka pada hari Kiamat akan datang dalam keadaan salah satu pundaknya lumpuh miring sebelah.”(HR Muslim).

Budaya Korupsi Merusak Harga Diri Bangsa dan Agama




Nikmat yang diberikan Allah di negeri kita ini sungguh-sungguh luar biasa. Bayangkan !, negeri yang subur, makmur, gemah ripah loh jinawi, kekayaan alam baik yang di laut maupun di darat semua diperuntukkan kita. Tapi kenapa masih banyak dijumpai rakyat kecil yang masih saja berkubang dalam kemiskinan, kesulitan sandang, pangan, tempat tinggal, tingginya beaya hidup, pendidikan mahal, pengangguran semakin meningkat dan lain-lainnya. Sementara itu para pemimpin, pejabat dan golongan kalangan dengan leluasa menyalah gunakan wewenang, mengambil harata negara dengan jalan korupsi. Mereka saling berlomba memperkaya diri, membuncitkan perutnya masing-masing.

Meskipun berperilaku santun, berpenampilan agamis, bertitel “haji”, alim bahkan suci, namun dibalik semua itu, ternyata ketika terbongkar kebobrokannya, mereka tak ubahnya seorang perampok negara yang bejat tak bermoral melebihi anak jalanan yang tak terdidik. Moral para pemimpin bangsa ini tak ubahnya seperti musang berbulu domba. Mereka tidak mau menyadari jika korupsi hanya akan menyengsarakan bangsa dan negara. Pembusukan rohani sudah menjalar kemana-mana, yang halal dikatakan haram sementara yang haram justru malah dihalalkan.


Lihatlah..! Masih banyak kita jumpai para pemimpin, pejabat yang mengaku muslim, menggunakan kekuasan, dan kewenangannya untuk melakukan tindakan yang melanggar agama ini. Dengan bangga dan tidak malu-malu memamerkan, membanggakan harta kekayaan yang ia peroleh dari cara haram. Dengan bangganya mereka berlomba-lomba dengan kemewahan, pamer kekayaan yang didapat dari pencurian uang negara. Dalam pemiikirannya korupsi sudah dianggap sebagai sesuatu kelemahan manusia yang wajar..., korupsi adalah hal yang normal...., manusiawi..., karena mumpung diatas......, mumpung ada kesempatan...., kapan lagi kalau tidak sekarang....Bahkan ada pula yang malah cemburu dan terangsang untuk tiru-tiru, merasa “ketinggalan zaman”, kalau tidak mengikuti arus ini. Ironisnya lagi, mereka saling menutupi, saling membela agar tidak terbongkar, hingga sampai saat ini masih banyak yang belum atau tidak tersentuh hukum sama sekali. Mereka justru mendapatkan perlindungan, dukungan, perlakuan istimewa bak raja dengan alasan pernah berjasa, atau sosok pahlawan negara.
Akhirnya, kerugian yang disebabkan oleh korupsi bukan hanya berwujud hilangnya harta negara, tetapi juga moral yang membawa bangsa kita betul-betul menuju dekadensi yang sangat parah, memprihatinkan dan amat menyedihkan. Dampaknya, banyak anak-anak kita, generasi yang akan datang terpengaruh oleh “budaya korupsi” yang dipertontonkan oleh orang tua mereka. Sungguh-sungguh sudah merusak budi nurani, serta menurunkan martabat kita sebagai bangsa yang berbudi luhur dan agamis, siapa yang rugi ? Pantaskah mereka dikatakan pemimpin, pejabat yang mestinya harus kita tiru ?


Alangkah malunya,.....alangkah sangat menyedihkan, bila Indonesia sebagai bangsa yang mayoritas beragama Islam dan merupakan negara muslim terbesar di dunia tetapi angka korupsinya juga tertinggi di dunia !!! Semua akan bertanya-tanya, mengapa bisa terjadi demikian ? Moral para pemimpin bangsa negeri ini berada dalam taraf yang sungguh-sungguh memprihatinkan. Reformasi yang dulu dibangga-banggakan, diharapkan dapat merubah semua ini, memberantas berbagai macam tindak korupsi,....namun semua itu masih diangan-angan. Penegakan hukum dan tindakan aparat belum sepenuhnya tegas, dan optimal, bahkan kadang tanpa merasa malu mereka ikut-ikutan membudayakan. Negara, rakyat kecil, semua dirugikan,...semua kena dampaknya negara-negara lainpun tahu dan jelas, jika negeri ini termasuk negara terkorup.
Lalu bagaimana mencari solusi demikian ini ? Ketika hukum belum bisa ditegakkan dan aparat belum efektif, maka hanya moral yang dilandasi dengan ilmu, iman dan takwalah yang bisa. membangun, memperbaiki moral yang sudah bobrok, jatuh dan bejat, sehingga dapat menyadarkan, menanggulangi, memberantas serta memahami bahwa korupsi adalah pelanggaran terhadap nilai-nilai agama, ...korupsi merusak segala-galanya.


Di dalam Islam sudah dijelaskan, para pejabat negara atau pegawai negara mendapatkan ujrah (upah/gaji). Jika pegawai negara itu mengambil harta yang ada di luar dari akad dirinya dengan negara, baik harta negara maupun harta milik umum dalam tanggung jawabnya, maka hal itu termasuk ke dalam perbuatan ghulul (kecurangan dalam mendapatkan harta) sehingga ia diancam oleh Allah swt. akan membawa hasil kecurangannya di hari kiamat. Karena itu kasus-kasus korupsi termasuk ke dalam perbuatan ghulul yaitu mencuri, mencopet, merampok dan penipuan dalam mu’amalat.yang diharamkan oleh Allah. Menurut Islam hukumannya termasuk pada bagian sanksi ta’zir (sanksi yang ditetapkan atas tindakan maksiat yang di dalamnya tidak ada had dan kifarat ).
Allah berfirman yang artinya: “Siapa saja yang berbuat curang, pada hari kiamat ia akan datang membawa hasil kecurangannya. Kemudian setiap orang menerima balasan setimpal atas segala yang telah dilakukannya dan mereka tidak diperlakukan secara dzalim.” (QS. Ali Imran 161)


Siapa lagi yang akan menyelamatkan bangsa dan negara kita ini dari kehancuran, kalau tidak kita semua. Mari....mari kita bersama-sama mulai dari membangun kesadaran moral agar umat Islam jauh dari tindakan korup. Islam mengajarkan permasalahan manusia dengan adil dan penuh dengan fitrah. Maka dari itu, mari mengkaji ilmu agama yang benar, yang lurus. Lalu dekatkan kita selalu pada Allah yang disertai ibadah yang sungguh-sungguh, ikhlas, sabar, takwa, dan selalu merasa jika diri kita ini selalu diawasi oleh Allah. Dari sinilah kita akan dapat membangun pondasi moral yang beriman, dan akan menjauhkan kita dari perbuatan-perbuatan kotor dan nista seperti korupsi. Contohlah ketika sahabat Umar bin Khaththab ra.menjadi khalifah. Beliau selalu memerintahkan agar seluruh pejabat maupun pegawai negara membelanjakan pengeluaran negara secara efisien, terutama yang digunakan oleh mereka dalam melayani kepentingan rakyat
Dalam hadist Rasulullah saw. Bersabda : “Siapa saja yang kami (negara) beri tugas untuk melakukan suatu pekerjaan dan kepadanya telah kami beri rezeki upah/gaji), maka apa yang diambil selain dari (upah/gaji) itu adalah ghulul (kecurangan).” (HR. Abu Dawud).

Ahmadiyah, Bakor Pakem Kontra MUI

Ahmadiyah, salah satu aliran produk Mirza Ghulam Ahmad (1835-1908) dinyatakan sesat oleh fatwa MUI, karena tidak mengakui Nabi Muhammad sebagai rasul dan menciptakan kitab suci sendiri bernama Tadzkirah untuk menandingi Al Qur’an, diantara ayat-ayatnya berbunyi :

"Dan Kami tidak mengutus kamu (wahai Mirza Ghulam Ahmad) melainkan untuk menjadi rahmat bagi seluruh alam." ("kitab suci" Tadzkirah hal. 634) yang dijiplak dari: Q.S. al-Anbiya:107).

Katakanlah (wahai Mirza Ghulam Ahmad): 'Sesungguhnya aku ini manusia biasa seperti kamu, hanya diberi wahyu kepadaku'." ("kitab suci" Tadzkirah hal. 633 yang dijiplak dari: Q.S. al-Kahfi:110 dan H.R. Ahmad)

"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya ("kitab suci" Tadzkirah) pada malam lailatul qadr." ("kitab suci" Tadzkirah hal. 519 yang dijiplak dari: Q.S. al-Qadr,1)

Seluruh umat Islam ditanah airpun marah. Tempat-tempat ibadah milik aliran ini dirusak, dibakar, dipaksa tutup, mereka menolak Ahamdiyah ada dibumi Indonesia karena aliran ini adalah sesat...sesat...dan sesat !!!

Namun baru-baru ini Badan Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Bakor Pakem) termasuk Kejaksaan Agung, Polri dan BIN telah memutuskan tidak melarang aliran Ahmadiyah dan memberi kesempatan jemaat aliran tersebut untuk melakukan perbaikan, setelah pimpinannya Abdul Basit mengirim keputusan tertulis yang isinya “hanya” sama dengan Islam. Karena pengikut Ahmadiyah juga mengucapkan dua kalimat syahadat dan meyakini Muhammad sebagai nabi penutup


Sedangkan Bakor Pakem sendiri juga mengharapkan agar masyarakat bisa memahami itikad baik jemaat Ahmadiyah, dengan tidak melakukan tindakan anarkis.
Kalau sudah begini ........................apa tanggapan anda ?
.

Selasa, 01 Januari 2008

Cinta Buta Berujung Neraka


Jika cinta telah dibutakan oleh harta, apapun resikonya tetap akan dilalui meski harus dibayar mahal...................neraka selamanya.

Pepatah Jawa mengatakan “Kebo nusu gudel” yang artinya orang tua selalu mengikuti kemauan anaknya, meskipun harus berujung neraka. Itulah yang dialami Zulaikhah, wanita yang aktif di salah satu ormas Islam ‘Mdyh’ baik di perumahan ujung tenggara kota Semarang, dimana harus ‘bertekuk lutut’ dengan putri sulungnya telah murtad lantaran cintanya dibutakan oleh harta.

Sebenarnya sejak kecil anak sulungnya, Mst telah dididik berbagai ilmu agama, baik lembaga Islam formal maupun non formal. Namun ketika tamat SLTA keluarga Zulaikhah terjerat hutang lantaran ketimpangan ekonomi antara pengeluaran lebih besar dari pada pemasukan, maka pupuslah harapan untuk mengenyam di perguruan tinggi. Akhirnya Mst memutuskan untuk bekerja. Karena wajahnya yang manis, ia langsung diterima dan dipercaya disalah satu bengkel outomotif dengan gaji yang cukup lumayan plus beberapa fasilitas untuk ukuran orang baru.

Terjebak Dalam Hutang
Tujuh bulan telah berlalu ternyata Rudy pemilik bengkel yang selalu royal dan memanjakan uang itu ternyata telah menaruh hati pada Mts. Di sisi lain karena sudah terbuai materi, Mst tidak bisa menolak cintanya yang sebenarnya ibarat bagaikan langit dengan bumi. Rudy yang berwajah bopeng, berkulit hitam, usianyapun terpaut 25 tahun lebih tua dan berstatus duda beranak dua, sangat jauh dibanding Mst yang masih muda, berwajah manis dengan rambut terurai panjang. Namun disini uang yang bicara, mereka terbuai oleh kibasan-kibasan rupiah yang membuat gaya hidupnya mulai berubah, sementara hutang-hutang ibunya sedikit demi sedikit juga ikut terbantu. Karena cinta mereka yang semakin membara, akhirnya Rudy memutuskan untuk melamar. Bagaikan tersambar petir disiang bolong, kedua orang tua Mst terkejut, ‘berteriak’ menolak keras, karena disamping usia yang tidak seimbang, Rudy ternyata seorang Kristen fanatik. Tapi apa mau dikata, mereka tidak bisa berbuat apa-apa lantaran cinta buta telah menutup segala-galanya. Apalagi Mts terlalu sering diajak luar kota hinga berhari-hari. Di sisi lain, jutaan rupiah telah mengalir guna untuk mendongkrak perekonomian Zulaikhah. Pernikahan ‘semu’ itupun akhirnya terjadi, meskipun dengan syarat Rudy mau membaca Syahadat didepan penghulu yang akhirnya disanggupinya.

Akidah Melayang
Tapi apa yang terjadi setelah rumah tangga berjalan dan mereka dikarunia anak. Mst sekarang bukan lagi Mts yang dulu sebagai wanita yang taat. Meskipun kini ia tinggal di rumah yang besar, semua serba tercukupi, namun dirinya bagaikan burung di dalam sangkar emas. Kehidupannya sehari-hari dikelilingi tembok-tembok salib yang kuat. Ia hanya pasrah dengan apa yang sudah menimpa terhadap dirinya dan tak mampu berbuat. Semua terbentur dengan ‘perjanjian semu’, hutang budi yang selama ini ia terima demi ekonomi dirinya maupun orang tuanya. Kini didadanya tergantung salib emas, dan menenteng injil setiap minggunya. Ritual gerejani selalu ia dapatkan, didalam dirinya,hingga anaknya selalu di doktrin bahwa Islam itu jelek, Islam itu jahat. Semua kehidupannya seolah sudah diatur oleh gereja.

Misionaris Itu Telah Menang
“Sudah jatuh tertimpa tangga”, kini Jessica Mts terperangkap oleh seorang misionaris ortodoks, Yohanes Rudy Tri Sudaryanto. Ironisnya Orang tua Mts yang sudah ‘kalah dalam perang’ justru ikut-ikutan menikmati segala fasilitas yang diberikan, selalu mengikuti pesta-pesta yang berbau gereja, ulang tahun, paskahan hingga natalan. Ynag lebih ironis lagi, Zulaikhah rela membuka jilbabnya hanya untuk ‘menghormati’ ikut menghadirinya tanpa ada perasaan dosa.

Ternyata Rudy adalah salah seorang relawan gereja di kawasan pantai utara Semarang yang bertugas untuk menjerat orang-orang seperti Mts. Di depan pendetanya, ia telah meraih ‘satu point’ surga, karena berhasil mendapatkan satu domba.
Dengan kejadian seperti ini, janganlah ada lagi Mts-Mts lainnya yang sudah banyak masuk kedalam perangkapnya. Dari sini kita hanya berdo’a semoga mereka yang sudah “jatuh” secepatnya diberi hidayah oleh Allah, sehingga terbuka hatinya dan mau kembali lagi ke Tauhid yang benar dan lurus.(Imm)

*Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan, nama pelaku sengaja disamarkan redaksi.

Kenapa Harus Bulan Muharram ?

Setiap bulan Muharram, dimasjid-masjid sering mengadakan acara yang berupa santunan anak yatim-piatu. Isinya, teman-teman kita yang sudah tidak mempunyai ayah atau ibu atau disebut anak yatim-piatu berkumpul diaula. Setelah dibacakan do’a oleh pak ustad kemudian satu-persatu mereka usap rambutnya dan diberi uang.

Di sekolah Islam, organisasi muslim maupun kumpulan-kumpulan pengajian juga tidak mau ketinggalan. Mereka beramai-ramai mengunjungi panti-panti asuhan pada bulan itu. Tujuannya selain bersilaturrahmi, banyak yang membawa bingkisan atau uang yang kemudian diberikan penghuni panti asuhan yatim-piatu.

Contohnya di salah satu Panti asuhan al-Fulan, (bukan nama sebenarnya lho) yang ada di Semarang. Ketika Si Dul silaturrahmi kesana, pengasuh panti menjelaskan bahwa hampir setiap bulan muharram tepatnya tanggal 10, subhanallah......luar biasa pengunjungnya. Hampir setiap hari kedatangan tamu baik perorangan maupun rombongan Mereka membawa sejumlah uang, bingkisan berupa pakaian, makanan, maupun obat-obatan untuk diberikan penghuni panti. Tapi uniknya, sebelum memberikan, rambut atau ubun-ubun setiap anak yatim diusap, ada yang hanya dibelai, bahkan ada yang mulutnya komat-kamit lalu disemburnya ubun-ubun anak tersebut. Entahlah apa maksudnya, apalagi jika setiap orang ikut menyemburnya, lama-lama rambut sianak tersebut basah kuyub oleh air ludah, hiii....nggak jijik ya ? Katanya sih, disamping beramal, bersedekah, membelai rambut anak yatim karena merasa kasihan disamping untuk menyenangkan mereka. Karena dibulan ini adalah bulan santunan anak yatim, simana kalau mau membelai apalagi memberi sedekah anak yatim pahalanya besar sekali. Ketika Si Dul bertanya dari mana asal usul itu. Mereka menjawab, “Itu kan ajaran Rasulullah !”. Namun begitu bulan muharram berlalu panti asuhan tersebut kembali sepi dari pengunjung. tersebut setiap harinya jarang sekali kedatangan tamu, tapi begitu memasuki bulan Muharram,. Katanya,

Adik-adik yang soleh...apa benar ya Rasulullah SAW mengajarkan kita untuk menyantuni anak yatim disetiap bulan Muharram ? kayak tidak begitu.
Nabi memang menyuruh kita untuk menyantuni anak yatim seperti dalam hadisnya yang berbunyi : “Barangsiapa menyantuni anak yatim, berarti ia telah menyayangiku; dan barangsiapa menyakiti anak yatim, maka ia telah menyakitiku,"
Tapi kan tidak hanya dibulan muharram, tapi setiap bulan bahkan setiap hari. Karena teman-teman yatim kita butuh makan, obat-obatan, kesekolah, pakaian bagus kan setiap hari, tidak setahun sekali dibulan muharram.

Naah ...disinilah kita harus hati-hati dalam menyantuni saudara-saudara kita yang yatim piatu, jangan sampai salah kaprah hanya setahun sekali. Insya Allah Allah SWT menjamin bahwa tidak akan pernah miskin orang yang senantiasa menyantuni anak yatim, sebaliknya rezeki yang ada semakin banyak dan berkah.(Habib)

SD Islamic Centre

Teman-temanku yang soleh, kata orang, sekolah Islam itu kurang bermutu, kalah dibanding dengan SD non muslim. Kalian percaya ? Tentu saja tidak. Mau bukti bahwa SD Islam mutunya tidak mau kalah dengan sekolah-sekolah lainnya ?
Lihat saja SD Islamic Centre Semarang yang berada di Jl. Abdulrahman Saleh 183.
Desa Ngaliyan, Kalipancur. Karena terletak dipinggirran kota dan diatas perbukitan selain cuacanya tidak panas, suasananya sangat tenang lho.
Ketika Si Dul bersilaturrahmi kesana sempat kaget, karena begitu masuk pintu gerbang sudah terlihat bangunan masjid yang menjulang megah dan indah. Ternyata sekolahan ini termasuk satu komplek Islamic Centre yang sangat luas. Selain itu disini sering diadakan berbagai kegiatan maupun Islami baik tingkat kota maupun Jawa Tengah, sehingga siswa disini sudah terbiasa melihat bahkan sering mengikuti berbagai kegiatan atau lomba untuk menambah wawasan.

Pak Drs Yakub selaku kepala sekolah bersama guru lainnya dalam mengajar, membuat peraturan sangat ketat dan disiplin. Sehingga taman-teman disekolah ini sering mendapat prestasi setiap mengikuti lomba. Misalnya lomba Pendidikan Agama Islam, Olimpiade Matematika dan Sains tingkat kota. Di bidang senipun sering mendapat juara antara lain Kaligrafi, tartil al-Qur’an, da’i kecil kota, Tahsinul khat dan lomba model yang semuanya tingkat kota Semarang.

Untuk menambah pengetahuan dan kegiatan, disekolah ini terdapat ekstra kurikuler seperti Tae kwon do, komputer, bahasa multi media, rebana, paskibraka dan dokter kecil. Salah satu kegiatan yang paling meriah, ketika mengadakan ulang tahunnya yang kesepuluh pada 4-5 Maret 2006 yang lalu. Disini diadakan bemacam-macam lomba seperti mewarnai, bahasa Inggris, matematika, rebana, hafalan doa, pentas seni, serta bazar, serta mengadakan Gebyar Islamic Centre, pokoknya sangat meriah dan ramai

Bintang Sekolah:

Adik-adik pembaca yang soleh, mau tahu salah satu bintang sekolah di SD Islamic Centre ini ? Dia adalah : Elfira Lutfia Wahyudi.yang lahir pada 19 April 1996 yang duduk dikelas enam.
Selain pandai dan cerdas, ramah, murah senyum teman kita yang satu ini punya prestasi luar biasa. Ia pernah juara kaligrafi, menjadi finalis olimpiade Matematika, galang takwa Pramuka serta penulisan aksara jawa ditingkat kota.
Ingin tahu resep bagaimana bisa menjadi anak pintar dan berprestasi ? Menurutnya, setelah solat Subuh adalah waktu yang sangat baik buat belajar. Dirumahnya jalan Candi Prambanan V 147, ia sering membaca buku-buku untuk menambah wawasan dan jarang sekali main,. Sedangkan kepandaiannya menulis kaligrafi dan aksara jawa belajar sejak duduk dikelas III.
Ta’ziyah Sesama Muslim

Rasulullah SAW mengajarkan, sesama orang beriman kita harus saling mengasihi sesama baik dikala suka maupun duka. Lebih-lebih jika saudara, teman atau tetangga kita sedang kesusahan, apa lagi meninggal, sudah seharusnya kita ikut berbagi rasa, membantu dan berta’ziyiah.

Kewajiban seorang muslim terhadap muslim lainnya, ada 6 perkara hal ini sebagaimana dijelaskan dalam hadist Nabi Muhammad SAW Karena Rasulullah SAW bersabda :
"Hak dan kewajiban seorang muslim yang lain ada 6 perkara yaitu: bila bertemu mengucapkan salam, bila diundang menghadirinya, bila diminta nasehat maka nasehatilah dia, bila bersin dengan mengucapkan Alhamdulillah maka doakanlah dia, dan bila meninggal dunia antarkanlah jenazahnya ke kuburan."(HR Bukhari)


Sebagai orang mukmin kita harus ikut berbela sungkawa atau berduka cita kepada keluarga yang ditinggalkan serta memperhatikan ketika-etikanya.
Diantaranya adalah :
- Begitu mendengar kematian segeralah datang ke rumah orang yang ditimpa musibah itu. Ucapkanlah rasa bela sungkawa dan

sarankan agar tabah menerima cobaan.
- Ucapkanlah ”Innalillahi wainna illaihi rajiun" (Kami semua milik Allah dan kepadaNya kami akan kembali)
- Janganlan berbicara dengan suara keras, bergurau apalagi tertawa adalah suatu perbuatan yang tercela, karena keluarga yang

ditimpa musibah sedang berduka cita.
- Menshalati dan mengantarkan jenazahnya hingga ke makam
- Doakan agar jenazah diterima di sisi Allah Swt, diterima semua amalnya dan diampuni semua dosanya
- Hibur dan beri semangat kepada keluarga yang ditinggalkan.
- Wajib membantu baik moril maupun materiil kepada keluarga yang ditinggalkan, apalagi mereka tidak mampu.
- Melayat orang lebih utama dilakukan sebelum dikuburkan. Hal itu dikarena kita dapat ikut menshalati jenazah dan

mengantarkannya ke pengistirahatan terakhir.

Demikian cara dan adab kita terhadap orang yang tertimpa musibah, karena dengan melayat, selain sebagai kewajiban juga untuk mengingatkan bahwa kita nantinya juga akan mengikutinya seperti ini. (Imm)

Ingin Menjadi Penghuni Surga ?



Suatu hari, ketika Rasulullah SAW bersama para sahabatnya berada di dalam masjid berkata, “"Sebentar lagi seorang penghuni syurga akan masuk,"
Mendengar khabar menarik tersebut, semua sahabat penasaran, siapa gerangan orang yang disebutkan Rasul tersebut. Di dalam benak para sahabat, terbayang sosok orang yang luar biasa, mungkinkah ia seorang ahli ibadah, zuhud, ahli jihad, tekun dan takwa?

Sesaat kemudian tiba-tiba masuklah seorang pemuda dengan wajah basah karena air wudhu. Ia penampilan biasa-biasa saja, sosoknya tidak terlalu dikenal banyak orang, Abu Umamah ibnu Jarrah namanya. Seketika itu para sahabat terlihat agak terkecoh dengan orang yang sebelumnya ia bayangkan, ternyata biasa-biasa saja.

Abu Umamah setiap harin beribadah dimasjid biasa-biasa saja, sehingga membuat para sahabat semakin bertanya-tanya tentang apa yang diceritakan Rasul tadi. Karena rasa ingin tahu, akhirnya Abdullah, salah seorang sahabat meminta izin Abu Umamah untuk menginap dirumahnya tiga hari.Selama dirumahnya, Abdullah selalu memperhatikan cara ibadah pemuda tersebut, ternyata juga biasa-biasa saja tidak ada yang istimewa dari para sahabat lain. Karena semakin penasaran, maka bertanyalah Abdullah kepada Abu Umamah, “Amalan apakah yang engkau lakukan setiap hari sehingga Rasul memanggilmu calon penghuni surga, ya sahabat ?”. Diapun menjawab dengan tenang, ”Saya rasa biasa-biasa saja setiap hari solat seperti apa yang engkau lihat disini”. Ketika Abdullah hendak pergi, tiba-tiba Abu Umamah berkata "Wahai saudaraku, sesungguhnya aku tidak pernah iri dan dengki terhadap nikmat yang Allah berikan kepada orang lain. Sebelum tidur, aku pun selalu bersihkan hati dari ujub, takabur, kedengkian, dan rasa dendam."

Begitu juga dengan Nabi Ibrahim, Beliau pernah berdo’a kepada Allah SWT yang tertuulis di dalam Al qur’an berbunyi :
Ÿwur ’ÎTÌ“øƒéB tPöqtƒ tbqèWyèö7ムÇÑÐÈ tPöqtƒ Ÿw ßìxÿZtƒ ×A$tB Ÿwur tbqãZt/ ÇÑÑÈ žwÎ) ô`tB ’tAr& ©!$# 5=ù=s)Î/ 5OŠÎ=y™
''Dan janganlah Engkau hinakan aku pada hari mereka dibangkitkan, (yaitu) di hari harta dan anak-anak laki-laki tidak berguna, kecuali orang-orang yang menghadap Allah dengan hati yang bersih.'' (QS al-Syu'ara' 87-89)

Pada ayat ini, Nabi Ibrahim semata-mata meminta keridhoan Allah agar tidak direndahkn kelak di akherat. Karena itu beliau selalu menjaga agar hatinya terbebas dari unsur-unsur kemusyrikan, bersih dari dosa, maksiat, serta penyakit hati.

Dari sinilah kita dituntut seperti Abu Umamah atau Nabi Ibrahim yang selalu bisa menjaga hatinya selalu bersih, tauhid lurus yang akan membuat derajat kita tinggi di mata Allah serta menjadi penghuni surga.

Kenapa demikian ?, karena hati yang bersih akan jauh dari bermacam-macam penyakit, seperti iri, sirik, dengki, dendam, sehingga semua amal kebaikan tetap utuh dan bernilai di hadapan Allah. Di sisi lain, hati yang bersih bukanlah hati orang yang telah ditutup rapat-rapat atau dikunci mati oleh Allah, karena itulah hati orang-orang kafir yang sengaja menolak wujud Allah serta menentang ajaran-Nya

Namun sayang, kebanyakan dari kaum muslim tidak menyadari, Mereka merasa telah melakukan ibadah wajib maupun sunnah, namun masih saja terlena dengan berbagai penyakit hati yang setiap saat dihempuskan setan untuk mengotori amal-amal kebaikan.
Di mata Allah derajat dan kemuliaan manusia tidak ditentukan oleh harta, jabatan, kekuasaan dunia yang besar dan melimpah. Tapi lebih ditentukan oleh tingkatan iman.
Karena itulah, seorang muslim yang berhati bersih mampu menjaga kesucian fitrahnya, sehingga ia tidak pernah lupa untuk selalu menuhankan Allah, menyembah hanya kepada-Nya serta selalu pada kebenaran, kebaikan, dan keluhuran budi pekertiakhlaq al-karimah.(Imam)