Jumat, 26 Oktober 2007

PENANTIAN SEBUAH MASJID DIBUMI SALJU ESTONIA

PENANTIAN SEBUAH MASJID DIBUMI SALJU ESTONIA
Bersyukurlah kita hidup dinegeri ini. Meskipun kondisi sosial, politik dan ekonominya masih labil, namun untuk urusan ibadah, umat muslim harus bersyukur. Karena hidup mereka tenang serta didukung, tanpa ada kesulitan.dalam menjalankan ibadah dengan sarana dan prasarana lengkap

Dihalang-halangi
Tetapi lihatlah ! Saudara-saudara muslim kita yang berada nun jauh disana, tepatnya di Estonia, salah satu Negara pecahan Uni Sovyet. Ibarat langit dan bumi jika disamakan dengan Muslim di sini. Meski sudah sejak tahun 1700-an Islam masuk dinegeri ini namun hingga sekarang umat Muslim belum juga memiliki masjid. Karena untuk mendirikan rumah Allah ini sangatlah sulit. Penguasa disini yang dimotori oleh partai politik terbesar The Estonian Christian People's Party, berupaya untuk menggagalkan rencana pendirian masjid dengan cara mengumpulkan tanda tangan warga untuk menolak saat akan dibangun masjid pertama di Tallinn, ibu kota negara itu.

Dimusuhi komunis
Mereka mendukung kebijakan perdana menterinya yang beralasan dengan berdirinya masjid akan merusak sikap toleran dan akan mempertajam konflik. Selain itu menurut pemerintah ibu kota Estonia, Tallinn, Islam sama sekali tidak mempunyai akar budaya dinegeri ini.
Sebetulnya jika Islam tidak mempunyai akar budaya disini ada benarnya. Karena agama Allah ini baru tercatat angkanya pada tahun 1900-an yang dibawa oleh orang-orang Tatar dan Azari. Namun sejak kehadiran mereka ini, tak pernah sedikitpun ada ribut-ribut atau pertikaian berlatar agama. Bahkan pada tahun 1928 saat berdirinya organisasi Muslim yang pertama Narva Muhamedi Kogudus dan Muhamedi UsuĆ¼hing tahun 1939orang-orang dikota ini merasa damai dan tak terganggu, meskipun pada akhirnya dibekukan oleh pemerintah komunis dan gedungnya dihancurkan tahun 1944.

Namun dibalik semua itu masih ada pihak-pihak yang ingin bersaudara dengan Islam seperti Institusi Estonian Christian Cultural Center yang pernah menyatakan organisasinya ingin bergandengan dengan komunitas Muslim, bahkan organisasi Bulan Sabit Merah pernah melobi pemerintah untuk pembangunan masjid, meski publik Estonia sudah terlanjur termakan propaganda media yang menyebut pembangunan masjid hanya akan mempertajam konflik.(Habib)
Spot
Kecil tapi teratur
Jangan kaget jika muslim di Estonia dibawah pimpinan seorang mufti Estonia Syekh Ahmed Hersinov selalu dipinggirkan, untuk melaksanakan ibadah saja harus mengontrak diruko-ruko atau digedung milik pribadi. Namun ternyata mereka mempunyai organisasi dan manajemen yang rapi dan teratur. Selain itu para jamaahnya mayoritas orang-orang intelektual, guru, pebisnis serta kaum professional. Sehingga sangat wajar jika dari segi finansial sangat kuat, karena berasal dari Zakat yang sudah dikumpulkan para Muslim negara itu sejak tahun 1928. Pengumpulan ZIS berlangsung hingga tahun 1940, saat tentara Soviet mencaplok wilayah itu. Kemudian sejak negeri ini lepas dari Uni Sovyet tahun 2000 sejumlah organisasi Muslim telah diakui pemerintah. Tinggal menunggu pembangunan masjidnya saja.(*)

Tidak ada komentar: