Kamis, 22 November 2007

Sungai Tinja

Seperti biasa tiap pagi sehabis sarapan, juragan Donmblewer keliling desa untuk melihat situasi dan kondisi wilayahnya. Dengan mengendarai delman yang tergolong mewah, ia selalu didampingi dua pengawal pribadinya yang berwajah sangar. Sepanjang perjalanan orang-orang yang berpapasan dengannya selalu menundukkan kepala. Maklumlah, selama ia memimpin desa Sukarmaju, tindakannya sewenang-wenang, selalu mementingkan dirinya sendiri. Apa saja yang diinginkannya harus selalu dituruti, kalau ada yang menolak akan ditangkap, dicap sebagai pembangkang dan akan dilaporkan pada baginda raja.. Maklum juragan Donmblewer sangat loyal dengan kerajaan sehingga ia amat dekat dan dipercaya baginda raja.

Ketika delmannya melewati sungai kedungtirto, ia melihat banyak orang yang turun dikali sambil membawa jaring kecil. “Stop...stop...berhenti dulu..! lagi sedang apa orang-orang itu kok sibuk sekali” tanya Donmblewer. Salah satu pengawalnya turun dari delman dan bertanya kepada salah seorang yang ada dipinggir sungai, Haaii.......! lagi sedang apa kalian disitu !?”. “Aaa..aanu....tuan, kami sedang mencari ikan, disungai ini ikannya banyak dan besar-besar”, jawab salah seorang penduduk. Dengan senyum dan lirikan matanya yang licik Donmblewer berkata dalam hati. “Hmm....ini dia lahan baru...bagaiman caranya ikan-ikan tersebut jadi miliku semua”. Malam harinya ia tidak bisa tidur lantaran memikirkan peristiwa yang barusan terjadi. Tapi dasar otak licik, tidak berapa lama ia langsung menemukan cara bagaimana dapat memiliki ikan-ikan disungai itu. “Ahaaa......iiini, baru ide bagus...sungai itu kan mengalir dibelakang pekarangan rumah ini...baik..baik...ya..ya..besok pagi akan kumulai program ini”.

Paginya dipasanglah pengumuman yang berbunyi “Kepala desa Dobmblewer mencanangkan program ‘kerbersihan sungai’ yaitu : Agar sungai didesa ini tetap bersih, mulai sekarang masyarakat dilarang menggunakan, mengambil sesuatu atau turun kesungai kedungtirto dari hilir hingga batas jembatan sebelah kantor desa, kecuali untuk memberi makanan ikan-ikan yang ada didalamnya biar tetap hidup. Masyarakat boleh menggunakan air sungai untuk MCK (Mandi Cuci Kakus) setelah melewati jembatan hingga keutara dengan bebas”. Banyak penduduk menggerutu dan bertanya-tanya, “Mau apalagi....... juragan itu, ini dilarang-itu dilarang”.

Diseberang jalan tepatnya disebuah kedai kecil, sambil minum kopi dan makan ketela rebus, Dul Shomad hanya tersenyum dan berkataa. “Hmm..sudah bisa ditebak, dibalik niat baiknya pasti ada sesuatu yang tersembunyi. Baiklah besok sebelum juragan keliling desa, kamu pak Karto dan Diran, kita selidiki disekitar pekarangannya dari seberang sungai, aku merasa curiga dengan semua ini”.

Pagi-pagi sekali usai solat Subuh mereka bertiga mulai memeriksa sepanjang sungai Kedungtirto hingga berakhir dibelakang pekarangan rumah juragan. Tiba-tiba pandangan Dul Shomad tertuju pada sesuatu yang mencurigakan dibawah jembatan. Setelah diteliti, ternyata benar dugaannya, kalau dibawah jembatan itu telah dipasang kawat jaring yang tertutup badan jembatan hingga tidak terlihat orang, sedangkan didalamnya terdapat ikan-ikan yang besar yang tidak bisa berenang keutara karena tertutup kawat. “Benar tidak dugaanku..? ini hanya akal-akalan Donmblewer dengan membuat pengumuman tersebut, agar ikan-ikan disini tidak bisa diambili penduduk, hanya dia sendiri yang dapat. Baiklah saya akan berusaha mencari cara untuk menghentikan semua ini”, kata Dul Shomad.

Besoknya, setiap pagi sebelum Subuh Dul Shomad mengajak sebagian penduduk pergi kehilir untuk buang hajat bersama-sama, dan itu dilakukan hampir setiap hari, hingga kotoran-kotoran manusia tersebut berhenti dikawat jaring belakang pekarangan juragan. Akibatnya bau yang tidak sedap menyengat disekitar pekarangan bahkan masuk kedalam rumah juragan. Melihat semua ini, Donmblewer marah-marah lalu mengumpulkan semua penduduk desa, “Kalian semua mau membangkang ya..! diajak merawat lingkungan yang bersih tidak mau, malah membuang kotoran seenaknya. Siapa yang menyuruh kalian buang hajat dihilir ?”.Semua terdiam hanya saling berpandangan. Tiba-tiba Dul Shomad maju dan berkata,”Aku yang menyuruhnya. Karena dalam peraturan yang tertulis penduduk hanya diperbolehkan memberi makanan ikan-ikan, sedangkan tinja juga bisa untuk makan ikan. Kalau tidak percaya coba lihatlah dibawah jembatan sana, semua ikan pada berebutan. Sekarang masalahnya kenapa kotoran tersebut berhenti dibawah jembatan hingga menimbulkan bau yang menyengat? apa perlu penduduk bergotong-royong biar sungai yang mengalir dibelakang pekarangan juragan lancar?”. “Ooo...jej..jj..jangan....tttidak usah, kasihan warga, biar para pengawalku saja yang membersihkan, sekarang kalian semua pulang..ayoo.pulang !!!, masalah ini saya anggap selesai”, sahut juragan dengan gelagapan dan salah tingkah.

Semenjak kejadian itu, aliran sungai kembali lancar karena tidak tersumbat tinja lagi. Karena ternyata tanpa sepengetahuan penduduk kawat jaring yang dipasang dibawah jembatan sudah dibongkar oleh para pengawal juragan. Kini ikan-ikan yang besar sudah dapat berenang sampai sebelah utara jembatan tanpa terhalang jaring kawat lagi, dan semua orang bebas untuk menjaring. Dari kejauhan Donmblewer hanya bisa memandangi rakyatnya dengan raut muka yang kecewa. (Hbb)

Tidak ada komentar: