Jumat, 02 November 2007

Filosofi Semut dan Lebah

Imam Ibn Machmudi as-Jafari

Mungkin kita sebagai kuam muslim tidak pernah menyadari atau tahu, diantara berbagai kehidupan alam disekitar kita ini, semua mempunyai arti dan contoh bagi kehidupan manusia yang harus kita ungkap. Jika kita teliti jauh lebih kedalam, semuanya itu diungkap dalam al-Qur’an, salah satunya adalah lebah dan semut.

Binatang ini kalau dilihat sepintas memang tidak ada istimewanya, kecil, sekali diinjak mati. Tapi dibalik semua itu terdapat sesuatu yang sangat bermanfaat bagi manusia, baik periperilaku yang harus ditiru maupun sesuatu yang dihasilkan.

''Orang yang cerdik dan berakal ialah orang yang memperhitungkan keadaan dirinya dan suka beramal untuk mencari bekal sesudah matinya, sedangkan orang yang lemah ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya dan mengharap-harapkan kemurahan atas Allah, yakni mengharap-harapkan kebahagiaan dan pengampunan di akhirat, tanpa beramal shaleh.'' (HR Tirmidzi).Jika kita telusuri lebih dalam, didalam hadist ini menerangkan bahwa alam memberi analogi pada manusia tentang perilaku dua ekor hewan yang mempunyai sifat hampir sama dengan apa yang dimaksud oleh hadis di atas.

Misalnya semut (annaml). Binatang yang satu ini mempunyai karakter sebagai gotong royong, pekerja keras, saling kasih sayang dalam menjalankan kehidupannya. Sering kita jumpai sekawanan semut yang selalu bersama-sama dalam mengumpulkan makanan sebanyak mungkin tanpa henti. Mereka berpedoman, meskipun badannya kecil, makanan sebesar apapun jika dilakukan secara bergotong royong akan terasa lebih ringan. Disisi lain, walaupun kecil tidak pernah menyerah jika berhadapan lawan yang jauh lebih besar. Hal ini terbukti jika kita mengganggu sekawanan semut, maka ia akan balas menggigit meski pada akhirnya harus mati, namun ia berusaha melawan lebih dahulu.

Begitu juga dengan lebah. Binatang yang satu ini tak jauh berbeda dengan semut. Cuma lebah ini ada keistimewaan lainnya. Yaitu, mereka selalu mencari sumber makanan yang baik-baik, misalnya saripati bunga, kemudian binatang ini selalu mencari sandaran didahan yang baik. Kemudian menghasilkan sesuatu yang bermanfaat bagi manusia yaitu madu. Jika ia diganggu, maka sampai dimanapun akan mengejar. Tak salah jika Rasulullah SAW pernah mengibaratkan seorang Muslim itu seperti seekor lebah, ''Tidak makan kecuali yang baik-baik, tidak menghasilkan kecuali yang bermanfaat, jika menimpa sesuatu tidak merusak, dan tidak pula memecahkannya.'' Itulah lebah.
Dalam Alquran telah disebutkan, ''Atas perintah Tuhan ia memilih gunung dan pohon-pohon sebagai tempat tinggal.'' (QS An-Nahl [16]: 68). Dan lebah selalu memperhitungkan keadaan dirinya, sehingga yang tidak bermanfaat bagi dirinya selalu ditinggalkan

Dari sinilah kaum muslim harus mengambil hikmah dari sifat kedua binatnag tersebut. Mencari sumber makan yang baik dan halal, selalu berkasih sayang, bergotong royong, musuh jangan dicari ada musuh jangan lari, serta memberi manfat bagi umat manusia dan alam sekitarnya.

Tidak ada komentar: