Senin, 03 Maret 2008

Bukan Waktu Untuk Televisi



Maraknya stasiun-satasiun televisi swasta menjadikan kebutuhan informasi dan hiburan semakin bertambah maju, cepat dan akurat. Namun dibalik semua itu juga dapat berpengeruh pada pola asuh orang tua dan perkembangan pendidikan anak, dimana menurut mereka acara yang lagi bagus-bagusnya tepat dimana saat jam belajar anak.

Tak ada seorangpun dari orangtua yang sehat ingin melahirkan anak dengan tujuan menciptakan anak yang bodoh dan tidak berguna. Beberapa pendapat mengatakan bahwa kemampuan anak dalam intelektual, emosi, dan kepribadiannya sangat dipengaruhi oleh faktor genetik dan faktor lingkungan (termasuk di dalamnya pola asuh, kemajuan teknologi dan derasnya arus informasi). Maka tida heran jika pada jaman dahulu, banyak orang tua sangat bangga melihat putra-putranya yang masih kecil sudah memahami fikih dasar, tauhid, tarikh Islam dan rajin membaca Al-Qur’an, serta diimbangi dengan prestasi belajar di sekolahnya. Karena sudah menjadi kebiasaan pola asuh para orang tua, setiap terdengar adzan Maghrib, mereka segera berangkat kemasjid atau mushalla untuk sholat lalu berkumpul, belajar dan mendengarkan fatwa para ustadz hingga menjelang Isya’ tanpa mengesampingkan pelajaran sekolahnya.

Terbuai Tayangan TV
Namun, sekarang sudah berbeda jauh. Seiring dengan perkembangan jaman, makin majunya teknologi dan mambanjirnya industri pertelevisian di negeri ini, budaya tersebut pelan-pelan hilang karena tergeser oleh tradisi nonton televisi. Orang tua banyak yang lupa akan tugas dan tanggung jawabnya terhadap anak. Mereka sibuk menabung untuk “menyaksikan mimpi-mimpi” yang tak terbeli, mimpi-mimpi yang mereka jejalkan setiap hari kepada diri sendiri maupun putranya-putrinya. Di depan pesawat tv, terbuai hiburan membuatnya lupa dengan tradisi mengaji. Mereka lebih mencintai tayangan telenovela, mamamia atau sinetron yang jauh dari agama, mengalahkan suara adzan berkumandang, dengan alasan waktu sholat masih panjang.

Tidak Mendidik
Di sisi lain, ada juga orang tua yang menyuruh anaknya pergi ke masjid, sementara dirinya tetap duduk, tidak beranjak dari kursi di depan TV seolah-olah pantatnya sudah lengket pada kursi dan beralasan akan mengganggu konsentrasi sholat jika acara belum tuntas, lebih-lebih tayangan langsung sepak bola,... final lagi, jadi lebih baik diselesaikan dulu nontonnya, barulah sholatny agar bisa khusuk

Tipe orang tua macam inilah yang sebenarnya bukan mendidik justru malah merusak. Mereka sudah lupa bahwa habis Maghrib adalah waktu yang sangat efektif, bermanfaat dan berguna untuk belajar, mengaji dan ibadah, bukan untuk duduk santai di depan tv. Akibatnya, akan menjadi kebiasaan setiap selepas Maghrib, anak hanya menonton dan terbius oleh tayangan TV, kewajiban beribadah terkalahkan, jarang belajar, motivasi menurun sehingga masa-masa emas mereka terlewatkan begitu saja, sia-sia tanpa belajar pengetahuan tentang agama.

Ketergantungan TV
Sudah saatnya para orang tua sadar untuk tidak merusak perkembangan anak-anak mereka, dan mau menanamkan pola asuh, disiplin dari diri sendiri, berjuang melahirkan anak-anak bangsa yang pandai, mandiri, kreatif, sehat secara fisik, mental dan spiritual. Jangan biarkan siaran TV menjadikan generasi penerus kita pasif, ketergantungan siaran TV, hidup di awang-awang, penuh khayalan yang dapat melahirkan berbagai tindakan di luar kontrol karena pengaruh tayangan- tayangan yang dilihatnya. (Imm)

* * * * *

Menanamkan Disiplin Perlahan-lahan

Bagaimana agar anak-anak tidak terpengaruh tayangan tv sehingga belajar tetap tenang dan disiplin.

- Tontonlah siaran tv yang dianggap perlu, jangan buat diri senidiri maupun anak-anak tergantung pada siaran tv.
- Temukan cara menghindari entertaiment syndrome dari ketergantungan tv dengan membuat aktivitas di rumah seperti belajar yang diselingi dengan permainan agar tidak merasa jenuh.
- Aktifkan komunikasi di dalam rumah tangga.

Dari semua cara-cara ini barulah kita sebagai orang tua mulai menanamkan disiplin dan memberikan doktrin, “Matikan pesawat tv disaat menjelang adzan Maghrib hingga kegiatan belajar selesai (jam 20.30)’”, tutup pintu depan, janganlan keluar jika memang tidak ada kepentingan. Dan yang tak kalah pentingnya jangan biasakan anak keluar (kelayapan-Jawa) malam kecuali ada kepentingan atau kegiatan yang bersifat positif atau pada malam menjelang liburan (waktu nya juga dibatasi).

* * * *

.
Program Wajib Belajar Jam 18:30-20:30
Sebagai orang tua kita wajib mendukung apa yang dicanangkan Wali Kota Solo Slamet Suryanto pada tahun 2003 lalu tentang Program Wajib Belajar Jam 18.30 WIB hingga 20.30 WIB untuk masyarakat Solo kecuali hari Sabtu, Minggu dan malam hari Besar. Karena sangat berdampak positif bagi anak, diantaranya :
- Di harapkan para siswa dapat rajin belajar dengan pengawasan dan bimbingan mengenai kapan saatnya belajar dari orang tua.
- Membudayakan anak untuk belajar dan mematikan televisi antara pukul 18.00 WIB sampai pukul 20.30 WIB. Kebiasaan yang teratur ini dapat dibentuk sejak dini sehingga sangat berpengaruh bagi kegiatan belajar, disiplin membagi waktu dan prestasi para siswa.
- Memanfaatkan antara jam 18.30 (ba’dal Maghrib)- 20.30 WIB menjadi waktu yang sangat baik untuk belajar atau mengaji bukan untuk nonton tv atau bermain-main

Seandainya semua pemimpin mempunyai program seperti itu, sementara semua orang tua juga mendukung untuk diterapkan pada putra-putranya, insya Allah masa depan generasi kita akan lebih berkualitas, terdidik, maju dan beriman.
* * * *

Tidak ada komentar: