Jumat, 02 Mei 2008

Kembali ke ASI



Saat bangsa-bangsa lain sudah kembali ke ASI, bangsa ini masih bingung oleh urusan susu formula. Indonesia bisa terbilang lambat dengan program kembali menyusui anak-anak. Hal itu terjadi karena di negara lain, ruang gerak susu formula sangat dibatasi agar bayi-bayi generasi penerus bisa mendapatkan makanan terbaik, yaitu air susu ibu (ASI). Tapi, di Indonesia, justru susu formula sangat gencar dipromosikan bahkan di sejumlah rumah sakit atau panti-panti bersalin. Promosi dan pemasaran besar-besaran susu formula dengan AA , DHA, vitamin ini-itu, yang katanya bisa menjadikan anaknya cerdas seolah menenggelamkan kampanye ASI yang memunculkan image di masyarakat bahwa, susu formula lebih baik dibanding ASI.
Dampaknya, banyak kaum ibu menaruh harapan pada susu formula. Mereka berlomba-lomba memberikan yang terbaik, terbagus bahkan termahal demi putranya. Di sana-sini selalu terdengar dengan bangga cerita-cerita bagaimana anaknya bisa menghabiskan susu sekaleng dalam 3 hari dibandingkan dia menceritakan nikmatnya menyusui sang buah hati

Mereka telah lupa dengan kodrat seorang ibu yang harus memberikan kasih sayang penuh anaknya, khususnya pemberian ASI. Anak yang seharusnya mendapatkan sumber makanan sehat, bergizi dan penuh nutrisi sebelum dua tahun harus menerima susu binatang bercampur kimia pabrik. Masyarakat tidak sadar, bukankah susu kaleng itu adalah susu sapi, binatang yang memakan rumput. Kalau manusia adalah makhluk sempurna dengan akal yang tinggi, cerdas, makan nasi, telur, daging, sayur, buah dan lainya yang tentu saja lebih komplit kenapa harus lebih bangga dengan putranya meminum susu binatang.

Rahasia di Balik ASI
Tahukah, bawa Allah menciptakan ASI merupakan suatu spesifik spesies yang khusus dibuat hanya untuk bayi manusia, hanya untuk bayi sang Ibu, bahkan lebih jauh lagi, ASI yang keluar setiap tetesnya memiliki kandungan berbeda yang khas, persis sempurna sesuai dengan kebutuhan bayi seorang ibu pada saat itu jauh lebih baik dari susu formula.
Seorang wanita akan merasakan sebagai ibuyang sempurna setelah dapat memberikan ASI pada bayinya. Di sisi lain banyak kaum wanita yang akan merasakan sendiri secara langsung ketika pertama kali si bayi menemukan puting payudara ibunya lalu menghisap ASI. Dari sini akan muncul suatu hubungan atau ikatan batin yang sangat dekat dan kuat antara ibu dengan si buah hati. Secara tidak sadar ini juga akan menumbuhkan kembali tenaga si ibu yang telah habis usai proses persalinan.
Sedangkan di tinjau dari sisi ekonomis, ASI jauh dari segalanya di banding susu formula meskipun yang paling mahal. Komposisi yang paling lengkap, tidak terkontaminasi bakteri, praktis, tidak repot menyiapkan air panas dan sterilkan botol. Karena itu selama masih bisa memberikan ASI, kenapa harus dengan susu formula?

* * *

ASI di Atas Segalanya Susu Formula


Allah menciptakan ASI dengan berbagai kandungan di dalamnya yang akan membuat anak lebih cerdas, dan membentuk suatu imunisasi atau kekebalan berbagai penyakit. Hasil penelitian para pakar kesehatan semakin lama bayi diberikan ASI (2 tahun) makin kecil pula kemungkinan masuknya beberapa jenis penyakit, seperti leukimia dan limfoma pada anak, diabetes, gangguan pencernaan dan diare, infeksi telinga, infeksi pernafasan, pneumonia, asma, eksim, meningitis, rematik, osteoporosis, kanker payudara dan indung telur, kolesterol yang lebih rendah, dan obesitas pada bayi itu sendiri hingga masa kanak-kanak dan remaja dengan catatan si ibu sehat dengan gizi penuh.
ASI sangat kaya akan kandungan, seperti lemak atau AA (arachidonic acid/asam arakidonat) , DHA(docosahexaenoic acid)), karbohidrat, protein, vitamin, mineral, enzim, hormon dan zat antibodi. Semua ini sangat dibutuhkan pada otak bayi yang sudah terbentuk 90 persen saat lahir untuk proses mielinisasi (pembentukan selaput mielin atau selimut serabut saraf yang membutuhkan laktosa atau zat gula dari susu) dan sinaptogenesis (pembentukan susunan sistem saraf pusat yang membutuhkan DHA dan AA) pada dua tahun pertama perkembangannya. Namun semua itu baru aktif bila ada beberapa enzim laktase dan lipase dari ASI. Sedangkan enzim-enzim tersebut tidak pernah di temukan pada susu formula jenis dan semahal apa pun, meski dibuat semirip mungkin dengan ASI. Sebaliknya, bermacam-macam kandungan yang di miliki susu formula, semuanya sudah ada di dalam ASI.
Di sisi lain susu formula yang berasal dari susu sapi kandungan komposisinya tidak pernah berubah. Semuanya di samaratakan bagi setiap bayi dan pada tingkatan umur yang sama. Sedangkan kebutuhan bayi satu dengan yang lainnya tidak sama.
Perbandingan IQ Anak ASI dan Non-ASI
- Pada usia 18 bulan, anak yang diberi ASI memiliki IQ 4,3 poin lebih tinggi dibanding anak yang tidak diberi ASI
- Pada usia tiga tahun, anak yang diberi ASI memiliki IQ 4-6 poin lebih tinggi dibanding anak yang tidak diberi ASI
Pada usia delapan setengah tahun, anak yang diberi ASI memiliki IQ 8,3 poin lebih tinggi dibanding anak yang tidak diberi ASI.

Maka tdak heran jika Dokter maupun ahli gizi anak manapun akan mengatakan bahwa satu-satunya nutrisi terbaik untuk bayi berusia 0 hingga 6 bulan adalah ASI Mereka selalu menyarankan agar para ibu memberikan ASI eksklusif atau tak memberi makanan apa pun kepada bayi kecuali ASI selama enam bulan pertama sejak bayi lahir.
Namun sayang banyak kaum ibu khususnya para wanita karir, pekerja dan ibu lainnya yang waktunya tersita untuk aktivitas lebih mempercayakan susu formula. Mereka beralasan tidak memberikan ASI eksklusif karena tidak sempat menyusui bayi secara teratur, bayinya sulit gemuk, padahal bayi sehat tidak harus gemuk, atau body tubuhnya berubah jelek tidak seksi dan bermacam-macam alasan. (Sumber dr Ayu PratiwiS SpA,MARS, Satgas ASI IDAI Jaya, DHA -Imm -)





* * * * *
Jangan Tinggalkan ASI

Sebenarnya jika pembuatan susu formula sesuai dengan standar kesehatan, baku, sudah bisa untuk menyambung ASI. Namun semua itu belum bisa dikatakan susu bagus dan sehat karena beberapa faktor. Yaitu, makanan dan gizi yang di berikan sapi kurang, akibatnya susu yang dihasilkan akan encer dengan kandungan protein rendah. Apalagi jika sapinya tidak sehat, terinfeksi, akan berbahaya jika dikonsumsi bayi.
Meskipun ternak sudah di budidayakan, di jaga kebersihan dan kesehatannya, namun jika tidak di dukung dengan pengolahan yang baik, teliti, steril hingga kemasannya, belum lagi masuknya beberapa berbagai macam formula tambahan.

Masih ingat, kasus merebaknya Enterobacter sakazakii yang terdapat di susu formula?. Meskipun keputusannya masih kontroversial, namun semua itu salah satu contoh betapa mudahnya industr-industri susu formula “kecolongan” pada batch tertentu dalam taraf produksi.

Karena itu selagi si ibu masih sehat, tidak ada penyakit menular, mampu dan ada waktu untuk memberikan ASI pada bayinya, stop ! jangan gunakan susu formula. “Anak bukan bahan percobaan pabrik”. ASI adalah anugerah Allah yang paling baik, paling sehat dan paling segala-galanya.
# # #




Tidak ada komentar: