Minggu, 23 Desember 2007

Utamakan yang Kekal Sebelum yang Fana



Banyak orang yang terlalu sibuk dengan pekerjaannya, siang malam tanpa mengenal lelah, waktunya selalu dihabiskan untuk mengejar kebutuhan dunia. Dalam pikirannya yang diingat hanyalah uang, harta, materi, pekerjaan yang terus tak pernah berhenti. Mereka menganggap bahwa harta yang dimilikinya murni dari usahanya, sehingga sedikitpun tidak pernah ada rasa syukur bahwa rezeki yang diterima dan segala fasilitas kehidupannya adalah titipan atau pemberian Allah SWT. Semua itu mereka pergunakan semata-mata hanya untuk melampiaskan hawa nafsunya saja. Mereka tidak sadar jika dalam kehidupannya sebenarnya diperbudak dan menjadi hamba hawa nafsunya sendiri. Bahkan, hawa nafsu itu diposisikan sedemikian rupa sehingga ia harus tunduk melebihi Tuhannya. Namun jika bicara urusan ibadah, akhirat, sama sekali tidak terlintas sedikitpun didalam hatinya. Gambaran seperti inilah yang termasuk orang-orang yang dikuasai kecintaan dunia.

Jika seseorang pemikirannya sudah seperti ini, maka hatinya akan menjadi keras, selalu merasa enak, lalai, santai atau malas dalam hal ibadah. Dalam pikirannya yang ada selalu bersifat batil, lupa, hanyut dan tidak dapat menolak keinginan hawa nafsunya. Segala kebaikan-kebaikan akan sulit diterima, apalagi untuk dapat masuk ke dalam hati, karena setan sudah menguasai dan bertahta secara menyeluruh di dalam hatinya. Akibatnya nafsu yang selalu dimanja, dituruti, akan mendatangkan kerugian besar.

Sebenarnya bahayanya bila hati dikuasai oleh kecintaan kepada dunia, sudah diperingatkan berkali-kali oleh Allah Swt, baik didalam al Qur’an maupun hadis Rasulullah saw : ''Barangsiapa mencintai dunia, maka dia merusak akhiratnya, dan barangsiapa yang mencintai akhirat, maka (seolah-olah) membinasakan dunianya. Maka, utamakanlah yang kekal (akhirat) daripada yang fana (dunia).'' (HR Ahmad dan Baihaqi).

Dari sini kita seharusnya paham bagaimana mengutamakan yang kekal sebelum yang fana. Karena semua yang ada dialam yang fana ini nantinya akan berakhir. Apa pun yang kita miliki, sewaktu-sewaktu bisa meninggalkan kita.. Tak jarang itu terjadi dalam sekejap mata, cepat atau lambat, suka atau tidak semua manusia akan meninggalkannya dan harus mempertanggung jawabkan semua tindakannya di hadapan Allah SWT. Semua
keburukan yang dikerjakan, hawa nafsu yang dibesarkan, maka celakalah mereka, segala macam kerugian, kesengsaraan dan malapetaka pasti akan menimpanya baik ketika di dunia, lebih-lebih nanti di alam akhirat. Tapi sebaliknya jika kebaikan yang ditanam, amal ibadah yang disyariatkan dikerjakan, maka keselamatan yang akan didapat dan surga tempatnya kelak. Sehingga, barangsiapa yang mau mengambil hikmah dengan mengutamakan urusan akhirat, maka ia termasuk ke dalam golongan manusia yang beruntung.
Allah telah berfirman : ''Dan tiadalah kehidupan dunia ini, selain dari main-main dan senda gurau belaka. Dan sungguh, kampung akhirat itu lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka, tidakkah kamu memahaminya?' (QS Al-An'am: 32).
Selanjutnya, sebagai bukti kecintaan kepada Allah SWT, kita merasa perlu mengikatkan diri kepada syariat dalam menjalani kehidupan. Sebab takutnya seorang hamba pada neraka atau rindunya ia pada surga tidaklah bertolak belakang dengan cinta hamba tersebut kepada Allah SWT, bukan cinta pada kenikmatan dunia meskipun semua itu pemberian Allah yang wajib kita syukuri..(Imam)

Tidak ada komentar: