Minggu, 23 Desember 2007

Ibnu Taimiyah, Ulama Besar, Pemikir dan Peneliti Hadist



….. Adz-Dzahabi berkata lagi, bahwa: “Setiap hadits yang tidak diketahui oleh Ibnu Taimiyah, maka itu bukanlah hadist….. Maka tidak seorangpun pada waktu itu yang bisa menyamai atau mendekati tingkatannya.

Meskipun diusia yang terbilang muda, beliau sudah mempunyai kelebihan dalam menguasai ilmu tafsir, Ushulluddin, hadits, fiqh, bahasa arab hafidz-Qur’an dan lainnya dengan sangat sempurna. Disisi lain, goresan tintanya yang indah, ungkapan-ungkapan, susunan, pembagian kata dan penjelasannya sangat bagus dalam menyusun buku-buku, hingga bisa dikatakan kemampuannya melebihi para ulama zamannya. Kelebihan lain yang dimilikinya yaitu mudah menghafal dan sukar lupa, yang membuatnya hafal Al-qur’an serta piawai dalam memberikan fatwa dan ilmu-ilmunya secara jelas dan detail meski usianya masih 17 tahun.

Ulama Rendah Hati
Hal inilah yang membuat para Ulama di Damaskus sangat kaget.dan terkesima dengan kedatangannya dari Haran. Sehingga tidak heran jika beberapa ulama besar dari berbagai penjuru Syiria sengaja datang ke ibukota khusus untuk melihat kemampuan sibocah cerdas yang berhasil membuktikan, mengkaji dan menguraikan musnad-musnad sahih serta beberapa ilmu lainnya.sampai beberapa kali. Meski mendapat sanjungan dari sana-sini karena kepandaiannya sama sekali tidak membuatnya besar kepala. Beliau justru tetap bersikap rendah hati dan tidak pernah berhenti untuk mencari atau berguru berbagai cabang ilmu lainnya pada para ulama, huffazh dan ahli-ahli hadits dinegeri ini. Dari sinilah Ia memperoleh berbagai macam ilmu seperti ilmu hitung (matematika), khat (ilmu tulis menulis Arab), nahwu, serta ushul fiqih. Hampir tiap malam ia menulis tafsir, fiqh, ilmu 'ushul sambil mengomentari para filusuf dengan memuat berbagai pendapatnya dalam bidang syari'ah. Ibnul Wardi yang mencapai ratusan judul. Karya-karya beliau yang terkenal adalah Majmu' Fatawa yang berisi masalah fatwa-fatwa dalam agama Islam

Ahli Hadist
Ilmu yang tidak dimiliki ulama lainnya pada saat itu adalah penguasaan Al-Jarhu wat Ta’dil, Thabaqah-Thabaqah sanad, rijalul hadits (perawi hadits) untuk membedakan Fununul hadits (bermacam-macam hadis) sahih, cacat, dhaif maupun palsu. Disisi lain dalam mengemukakan ayat-ayat sebagai hujjah atau dalil, ia memiliki kehebatan yang luar biasa, sehingga mampu mengemukakan kesalahan dan kelemahan para mufassir atau ahli tafsir.

RelaTerbuang Demi Akidah
Dalam mempertahankan akidah dan keyakinannya yang lurus, banyak pihak yang kagum. Namun demikian yang benci juga banyak, terutama ketika menolak keras paham wihdatul wujud yang diusung Syaikh Muhyiddin Ibnu Arabi, sehingga oleh penguasa Mesir, beliau ditangkap agar mau mencabut sikap kontranya terhadap paham akidah. Namun tawaran itu ditolak mentah-mentah sehingga beliau dijebloskan dalam penjara. Begitu bebas, Ibnu Taimiyah bukannya kembali ke Damaskus tetapi memilih tinggal di Mesir yang banyak dihuni orang-orang yang memusuhinya untuk menegakkan akidah yang lurus dan benar dengan aktif mengajar, ceramah, dan membentuk majelis-majelis diberbagai lembaga. Dari sinilah kalangan ulama Mesir mulai terbuka matanya, bahwa ternyata Ibnu Taimiyah tidak sesat seperti mereka duga. Namun sayang, Raja Mesir Ruknuddin Bibrus Al-Jasynaker termakan fitnah dari penasehatnya yang berlawanan dengan Ibnu Taimiyah, hingga akhirnya ia dibuang ke Iskandariyyah pada bulan Shafar 709 karena alasan politik hingga akhirnya Beliau yang selalu didampingi oleh muridnya Ibnul Qayyim, wafat dalam penjara pada tanggal 20 DzulHijjah th. 728 H karena sakit (Imm)

Spot
Dari Haran Hingga Syiria
Pemikir dan ulama besar Abu al-Abbas Taqi al-Din Ahmad ibn Abd al-Salaam ibn Abdullah ibn Taymiya al-Harrani, lahir di Harran, Turki 22 Januari 1263 (10 Rabiul Awwal 661 H). Ayahnya seorang Syaikh, hakim, khatib Syihabuddin bin Taymiyyah membawanya ke Damaskus karena pada saat itu Dinasti Aabbasiyah jatuh ketangan Mongol..

Tidak ada komentar: