Minggu, 23 Desember 2007

Peringatan Hari Ibu


Maksud mereka sebenarnya baik yaitu menghormati jasa-jasa kaum ibu dengan memberikan hak istimewa pada setiap peringatan hari ibu. Lalu mulai kapan dan dari manakah asal-usul tradisi tersebut ?

Di Indonesia hari ibu ditetapkan pada tanggal 22 Desember. Dihari itu banyak kita jumpai beberapa masyarakat yang masih memperingatinya dengan cara memberi sesuatu yang sangat istimewa bagi kaum ibu. Yaitu, Membebaskan kaum ibu dari seluruh pekerjaan rumah tangganya, sedangkan seluruh tugas-tugas seperti memasak, mencuci dan lainnya dilakukan oleh suami atau anak-anaknya, sedangkan aktivitas ibu pada hari itu hanya duduk, istirahat atau menikmati hiburan-hiburan. Bahkan ada sebagian keluarga yang sengaja memberi “kado istimewa” seperti, penyuntingan bunga, surprise party bagi para ibu, hingga mengajak berlibur ketempat-tempat hiburan atau wisata. Maksud mereka melakukan semua ini hanya untuk memuji ke-ibu-an, menghormati, menghargai jasa-jasa, mengungkapkan rasa sayang dan terima kasih kepada para ibu yang sudah lelah setiap harinya mengerjakan hampir semua urusan yang berhubungan dengan rumah tangga.

Moment Konggres Wanita Pertama
Meski dalam penetapan tanggalnya berbeda dengan negara-negara lain, misalnya di Amerika, Australia dan negara-negara Eropa yang lebih dikenal dengan Mother’s Day jatuh pada pertengahan Februari, namun hari ibu di Indonesia baru ditetapkan pada tahun 1959 berdasarkan Dekrit Presiden Nomor 316 yang mengambil moment pada saat Kongres Perempuan pertama yang berlangsung pada tanggal 22 Desember 1928 di gedung Mandala Bhakti Wanitatama Adisucipto, Yogyakarta. Ketika itu Organisasi perempuan yang sudah berdiri sejak 1912 dan beranggotakan dari para pejuang wanita seperti, Nyai Achmad Dahlan, Rangkayo Rasuna Said, Cut Nya Dien, Cut Meautiah, R.A. Kartini, Walanda Maramis, Dewi Sartika, M. Christina Tiahahu dan yang lainnya ini mengadakan kongres yang kini dikenal dengan nama Kongres Wanita Indonesia (Kowani). Konggres ini dihadiri oleh para pemimpin organisasi perempuan dari berbagai wilayah se-Nusantara. Mereka terinspirasi oleh para prajurit wanita dijaman Rasul yang selalu ikut berjuang diberbagai peperangan. Misalnya, Aisyah (istri Rasul) memimpin Perang Jamal ditahun 656 M, prajurit-prajurit wanita perang Uhud yang gagah berani serta jihad-jihad lainnya. Para tokoh tersebut berkumpul untuk menyatukan pikiran dan semangat berjuang menuju kemerdekaan dari tangan penjajah Belanda, serta perbaikan nasib kaum Hawa yang masih terbelakang, dan selalu “terjajah” oleh kaum lelaki pada saat itu. Dengan berpedoman pada syariat Islam dan dilandasi rasa senasib sepenanggungan mereka berusaha untuk mengangkat harkat dan martabat kaum wanita tanpa menuntut kesetaraan jender, melakukan pemikiran kritis dan aneka upaya yang amat penting bagi kemajuan bangsa. Yang lebih hebat lagi, perjuangan ini dilakukan jauh sebelum kemerdekaan negeri ini diraih dan jauh sebelum konsep-konsep adil jender dan feminisme berkembang di negeri ini

Teradopsi Budaya Barat
Jika dilihat sepintas, sebenarnya tidak ada salahnya jika peringatan hari ibu dirayakan sebagai ucapan terima kasih kepada kaum wanita khususnya ibu. Namun pemahaman dari hari ibu selama ini telah terseret ke arah pemaknaan Mother’s Day, yang lebih ditujukan untuk memberi puja-puji terhadap ke-ibu-an (mother hood) atas perannya sebagai "pahlawan” yang telah melahirkan, menyusui, mengasuh anak, mengatur rumah tangga, melayani serta mendampingi suami. Mereka tidak pernah tahu serta menyadari jika semua ini telah teradopsi oleh budaya di sebagian negara Eropa dan Timur Tengah kuno yang mendapat pengaruh dari kebiasaan memuja Dewi Rhea, istri Dewa Kronus, dan ibu para dewa dalam sejarah Yunani kuno. Sedangkan makna dari peringatan hari ibu yang sebenarnya adalah mengenang misi sejati perjuangan kaum perempuan menuju kemerdekaan dan pembangunan bangsa. Disisi lain, pada hari itu merupakan suatu peristiwa yang dianggap sebagai salah satu tonggak penting sejarah perjuangan kaum perempuan Indonesia. Sehingga the state of being mother-nya seharusnya untuk memperingati dan mengharagai semangat para ibu atau perempuan yang hebat.

Wanita Mempunyai Posisi Istimewa
Dari sinilah letak salah kaprah tentang pemahaman hari ibu yang sebenarnya adalah bukan menghargai jasa kaum ibu sehari-hari, yang selalu melaksanakan kewajibannyaa selama ini hingga seolah-olah menjadi ‘sapi perahan’ kaum lelaki. Tapi peringatan ini bertujuan untuk mengenang dan memberi penghargaan kaum ibu tentang hak dan perjuangannya. Karena didalam syariat Islam sendiri telah disebutkan dengan jelas bagaimana hak-hak, posisi dan fungsi sebenarnya seorang ibu atau istri jauh lebih terhormat dan istimewa dari anggapan kebanyakan orang selama ini. Disisi lain menghormati atau menghargai harkat dan martabat kaum ibu sebagai pejuang yang hebat.itu tidak hanya setiap tanggal 22 Desember saja, tapi setiap hari selama dalam kontek syariat yang diajarkan Rasulullah saw.(Imm)

****


Kedudukan Kaum Ibu di Dalam Islam

Didalam syariat Islam kedudukan kaum ibu sebenarnya sangat mulia dan terhormat. Semua pekerjaan rumah tangga yang biasa dilakukan sehari-hari seperti memasak, mencuci dan lainnya tersebut sebetulnya bukan dibebankan oleh ibu, tapi kewajiban suami untuk mencarikan pembantu.

Tugas atau kewajiban ibu menurut syariat Islam antara lain :
- Melahirkan dan menyusui bayinya.
- Mencetak generasi pejuang soleh, ahli surga, berakhlak dan berilmu melalui sentuhan
kasih sayangnya.

Hak-hak kaum ibu menurut Islam :
- Mendapatkan gizi yang cukup dari suami ketika menyusui.
- Mendapatkan perlakuan yang baik dan dihormati baik dari suami maupun anak-anaknya, . misalnya dosa besar jika seorang anak sampai berkata kasar atau membentak kepada ibu, sehingga ada pepatah “Surga berada ditelapak kaki ibu”. “Dan Kami perintahkan kepada manusia (agar berbuat baik) kepada kedua ibu bapaknya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun. Bersyukurlah kepadaKu dan kedua ibu bapakmu.” (Luqman:14).







Tidak ada komentar: