Minggu, 23 Desember 2007

Racun Mental Anak Bangsa

by : mas Imam

Sepasang suami-istri itu duduk di depan layar televisi bersaman kedua anak yang duduk di sekolah dasar. Mereka bersama-sama menikmati tayangan hiburan segar dan murah di salah satu stasiun televisi. Alunan musik, dendangan lagu yang di sertai liukan tubuh yang sedikit agak terbuka dan menggoda menambah suasana serta aroma tersendiri.

Seorang penyanyi muda, cantik dengan pakaian minim, didampingi ibunya sedang mengalunkan tembang. Mereka berdua melenggak-lenggokkan tubuhnya didepan kamera dengan segala kemampuan dan ekspresinya. Di akhir acara si anak tiba-tiba menangis dipundak ibunya. Matanya sembab, air matanya menggurat garis kecil di atas riasan wajahnya yang tebal. Ia sangat bersyukur menjadi pemenang dalam sebuah kontes menyanyi yang di kemas dengan nama ....... Isak tangis bahagia itu semakin menjadi-jadi tatkala sang MC membacakan hadiah-hadiah yang ia peroleh. Peluk ciumanpun segera datang dari beberapa peserta lainnya baik pria maupun wanita. Sementara sang ibu melonjak kegirangan, berputar-putar menyalami semua yang ada di atas panggung. Dengan suka-ria ia tersenyum kadang tertawa, tak peduli walau jilbab menutupi kepalanya.

Tayangan tersebut terbilang sukses dengan rating yang melonjak tinggi dan sponsor mengalir deras. Pihak produserpun semakin mantap untuk menyelenggarakan kembali kedepan. Sementara beberapa stasiun televisi lain tidak mau kalah, ikut-ikutan mengemas acara sejenis meski dengan label berbeda. Maka lengkap sudahlah, hampir dibeberapa stasiun televisi berlomba-lomba menayangkan acara serupa tapi tak sama demi popularitas dan rupiah yang mengalir dari iklan. Acara yang berbau seksualitas, vulgar inipun dikemas sedemikian menariknya dan ditayangkan pada jam-jam belajar, dimana tidak hanya orang tua atau dewasa yang menikmati, tapi anak-anakpun banyak yang ikut melihat, di sisi lain konsentrasi belajar mereka terpecah antara belajar dan menonton acara. Sementara, tayangan yang bersifat mendidik, penuh dengan tuntunan sepi dari pemirsa dengan alasan kurang menghibur.

Hedonisme
Dari sinilah mental dan jiwa si anak sedikit demi sedikit mulai terkontaminasi, terjebak dan menjadi korban akibat racun moral pertelevisian. Lambat laun, pelan tapi pasti, kecenderungan anak bangsa yang dikonstruksi secara sosial dapat menggiring mereka pada segala hal yang berbau hiburan. Mereka lebih mengedepankan hasrat dari pada rasio. Yang lebih parah lagi, mereka akan mengisolasi dirinya dari segala bentuk intelektualitas, ilmu serta pengetahuan yang menurutnya, membosankan, jenuh serta kurang menghibur. Mungkin beginilah barangkali yang dimaksud hedonisme atau sikap mementingkan kesenangan yang berujung dengan terciptanya masyarakat kapitalis masa depan sebagai bukti dampak dari efek negatif globalisasi.

Pembusukan mental inilah semakin hari kian menggerogoti jiwa si anak, ironisnya, sikap orang sama sekali tidak sadar jika bahaya telah mengancam ditengah-tengah keluarganya. Mereka terlalu asik berueforia dengan tayangan-tayangan yang menghibur tersebut. Di sisi lain pemerintah “tertidur” akan pentingnya pendidikan, dampak moral dan mental generasi anak bangsa karena terbuai akan pajak hiburan yang menggiurkan.

Lantas kita patut bertanya, apa, dimana dan bagaimanakah peran orang tua sesungguhnya dalam membangun generasi sebagai penerus bangsa yang tangguh dan Islami ? Mendidikkah atau menghancurkankah mereka ? Orangtua pastinya tak menginginkan kondisi seperti ini menimpa anak-anaknya. Sangat pantas jika merasa kuatir dengan berbagai tayangan televisi yang vulgar, seronok. Karena Allah SWT telah berfirman :”Katakanlah pada orang-orang laki-laki beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya yang demikian itu adalah lebih suci bagi mereka sesungguhnya Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya ........"(QS An Nuur 30-31)
Bimbingan Orang Tua
Karena itu mereka harus berperan aktif dalam pertumbuhan mental anak. Hal yang pertama harus dilakukan adalah memperbaiki mental anak bangsa dengan dibekali ilmu agama. Selanjutnya bimbingan orang tua sangat-sangat diperlukan ketika anak menonton televisi. Tayangan yang layak dinikmati haruslah bersifat hiburan yang mendidik, bukan yang berbau porno atau vulgar. Perlunya peran aktif orang tua untuk menemani saat anak-anaknya di saat menyaksikan tayangan-tayangan di televisi tidak hanya duduk diam. Orangtua harus bertindak aktif, dalam artian bersama sang anak, dibarengi dengan komunikasi yang lancar, menjelaskan sesuatu yang gamblang dalam pemikiran anak-anak, mana yang baik dan mana yang buruk, serta menolak keras acara yang berbau vulgar, seks dan kekerasan.

Jika pengawasan dan bimbingan dari orang tua dapat berlangsung dengan efektif, tentu dampaknya tidak terlalu besar, tetapi itu pun harus tetap diwaspadai. Begitu juga dengan Pemerintah, sudah waktunya memberi ketegasan, cepat-cepat mengambil tindakan terhadap pengelola stasiun televisi untuk dapat menghentikan tayangan yang mengandung unsur vulgar dan seksualitas yang banyak madharatnya dari pada manfaatnya. Sebab, jika tidak maka dampak-dampak yang jauh lebih dahsyat lagi akan banyak terjadi dan kehancuran generasi bangsa ini, tinggal menunggu waktu.

Spoot
Tayangan Perusak Moral
Di antara beberapa tayangan televisi yang vulgar, seksual, seronok dan sangat merusak moral khususnya bagi anak-anak antara lain :

- Sebagai seorang wanita yang melenggak-lenggokkan tubuh dengan aurat terbuka di depan umum adalah perbuatan yang diharamkan oleh syariat Islam.
Di dalam Al Qur’an, Allah SWT telah berfirman : “Hai Nabi, katakanlah kepada
istri-istrimu, anak-anak perempuanmu dan istri-istri orang-oarang beriman,
hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuh mereka"(QS Al
Ahzaab 27)
- Sebagai seorang ibu sangat tidak pantas mendukung anak perempuannya untuk melakukan hal-hal yang diharamkan agama seperti memamerkan tubuh di depan umum. Selain diharamkan agama, perbuatan tersebut merupakan budaya hedonis orang kafir yang terbiasa menjadikan wanita sebagai alat dan obyek pemuas nafsu, bukan manusia yang punya jiwa dan naluri.
- Adegan berangkulan, ciuman yang bukan mahramnya sangat dilarang oleh Islam, apalagi dipertontonkan di muka umum.
- Wanita dijadikan obyek promosi oleh produsen dan calon konsumen yang paling royal menghamburkan uang.

Tidak ada komentar: