Senin, 04 Februari 2008

Penyusupan Salibis Berkedok Toleransi dan Persaudaraan

Pada mulanya berdalih toleransi, kerukunan warga, demi persatuan dan macam-macam bahasanya, mereka memanjakan dengan kenikmatan yang serba gratisan demi menerobos sasaran selanjutnya..........

Kawasan “Medoho Indah”, salah satu perumahan swasta kelas menengah kebawah sebelah timur kota Semarang ini sebenarnya juga belum cukup lama berdiri. Tapi penghuninya sudah padat, tak satupun rumah kosong yang tersisa, dan Alhamdulillah penghuninya mayoritas muslim, meski ada yang Islam KTP. Mereka cukup tenang, tentram, damai dan saling toleransi antar umat beragama. Kaum muslim disanapun juga aktif dimasjid, kumpulan pengajian, sholat berjamaah, sering mengadakan acara pada hari-hari besar Islam dan lain-lainnya. Sementara yang Nasrani juga sibuk dengan aktivitasnya sendiri-sendiri. Mereka rukun hidup berdampingan, toleransi, menghormati, dan saling gotong royong. Itu jika dilihat sepintas dari luar. Namun ketika ditelusuri lebih dalam, rupanya ada sesuatu yang membahayakan, tapi tak pernah disadari oleh kaum muslim disana karena budaya ewuh-prekewuh persaudaraan sangat dijunjung tinggi.

Mulanya orang-orang Nasrani yang dikomandoi Sudarno selalu ikut menghadiri hajatan warga, memberi “jaburan” dimasjid setiap bulan puasa, acara Halal bihalal, bahkan pernah mengikuti pengajian dikampung itu. Lalu sebaliknya, ketika kelompoknya Sdrn punya hajatan entah itu selapanan, selamatan atau pernikahan, mereka selalu mengundang para tetangganya yang muslim. Awalnya hanya pesta biasa, selanjutnya baru sedikit-sedikit dikemas dengan acara yang berbau gereja. Semuanypun hanya diam dan mendengarkan baik lagu pujian atau khotbah pendetanya. Lama-lama Sdrn cs memberanikan diri dalam acara yang lebih religius, kali ini pada perayaan hari-hari besar Nasrani, dengan alasan demi kerukunan agama, saling silaturrahmi dan toleransi. Dengan bahasa yang halus dan santun ia selalu memberi undangan kehormatan semua warga di kampung itu tanpa membedakan antara yang mampu dan tidak. Acarapun selalu buat secara meriah, menarik dan disisipi dengan menyanyikan lagu-lagu rohani gereja. Walaupun yang melantunkan hanya kelompoknya saja, namun semua ini seolah membuat para tamu yang hadir ikut terhibur, seperti terhipnotis dengan syahdunya tembang-tembang rohani. Ironisnya semua yang hadir khususnya orang-orang Islam dengan hati lugu dan polos, mereka sama sekali tak pernah menaruh curiga apapun, pokoknya datang, duduk dan makan-makan gratis, selesai, sedikitpun tidak pernah sadar bahwa dirinya sudah masuk kelingkaran’merah’nya.

Kalau kalau sudah begini....lengkap sudahlah mereka, ikut menghadiri perayaan hari-hari besar Nasrani, meski hanya duduk diam dan makan. Sebaliknya kelompok aktivis gereja pimpinan Sdrn itu merasa “menang” dapat “menyihir”, menjaring dan menanamkan pengaruh pada domba-domba yang tersesat (istilahnya). Perjuangan mereka sangat hati-hati, cermat, sabar selama bertahun-tahun serta membutuhkan beaya yang tidak sedikit. Bahkan tidak segan-segan mengeluarkan bantuan pada orang-orang yang dianggap memerlukan. Mereka tahu jika kaum muslim ikut mengucapkan selamat hari.....apa saja pada hari-hari perayaannya, apalagi ikut menghadiri, berarti ia sudah ikut meyakini. Sedangkan orang-orang yang menerima bantuan dengan harapan nantinya dapat mengikutinya, karena sudah ada tiga orang yang mulai “dekat” dengannya meski masih ber KTP Islam. Nah disinilah letak kesalahan fatal saudara-saudara kita yang disana. Namun sekali lagi...mereka sama sekali tidak atau belum tahu bahwa hal yang demikian itu kesalahan yang sangat-sangat besar.
Awaas........!!! Waspadalah...!!!! Suatu saat mereka akan menyusup ke wilayah. Demi tegaknya Tauhid dan umat muslim........mari kobarkan api jihad melawan orang-orang kafir ! (Imm)

Tidak ada komentar: