Senin, 04 Februari 2008

H Mahrus Ali,



Setelah keluar dari masa lalunya yang penuh dengan lumpur kebid’ahan dan kesesatan, kini tantangannya adalah menyuarakan kebenaran di tengah-tengah hujatan para tokoh kyai, ulama bahkan mantan gurunya sendiri yang dulu ia hormati dan segani.

Pada awalnya beliau seorang santri yang rajin dan tekun dalam mengamalkan ilmu-ilmu agama. Pengagum Ustad Abdul Qodir Persis ini sangat taklid, apapun amalan yang diberikan gurunya selalu dijalankan baik mulai dari tasawuf, sholawat-sholawat hingga belajar jimat, kesaktian serta berbagai ilmu kanuragan yang dipercaya untuk sarana keselamatan. Bahkan di tempat pondok pesantrennya dikenal sebagai orang yang sakti, "dung-deng", disegani, dihormati dan ditakuti.

Mulai Sadar
Tujuh tahun di Pondok Langitan, Tuban Beliau selalu menjadi yang terbaik, khususnya pendalaman kitab Kuning. Karena kepandaian dan kecerdasannya itu, pada tahun 1977 dipepercaya oleh gurunya KH Abdullah Faqih untuk memimpin dan mengajar nahwu, sorof, Faraidl, hadist dan tafsir di Pondok pesantren Yapi, Bangil yang ternyata kini menjadi pusat aliran syiah di Indonesia (*Mantan Kyai NU Menggugat..red). Baginya menuntut ilmu tidak ada batasnya, sambil mengajar, beliau terus menggali dan menggali kajian Islam hingga akhirnya melanglang buana ke Mekkah. Selama tujuh tahun belajar di Jamaah Tahfidhil Qur’an, Mekkah Mahrus Ali mendalami hadis yang sanadnya terus bersambung dari guru keguru sampai Rasulullah SAW, ilmu fiqh, tafsir serta ilmu lainnya. Alhamdulillah ..Dari sanalah cahaya kebenaran mulai datang sehingga apa yang didapatkan selama ini sungguh-sungguh jauh melenceng dari yang disyariatkan Rasulullah SAW. Ia sadar, bahwa selama ini telah hanyut kedalam berbagai bentuk kesyirikan, khurafat dan bid’ah. Para ahli hadist yang dulunya ia benci karena dianggap ekstrim, keluar jalur, kini mulai dekat dihatinya, dan menjadikannya guru dan secepatnya Ia bertobat, bertauhid lurus, mau mencontoh perbuatan Nabi beserta sahabatnya.

Jihad di Tanah Air
Setiba di tanah air lembaran baru mulai dibuka, genderang jihad mulai ditabuh, kebenaran sudah saatnya disuarakan. Apa yang didapat dari sana ia syi’arkan lewat dunia tulis-menulis. Puluhan buku yang sudah diterbitkan, diantaran karya-karyanya yang menghebohkan dan menggemparkan adalah “Mantan Kyai NU Menggugat Sholawat Nariyah, Al-Fatih, Munjiyat, Thibbul Qulub. Isi buku ini menerangkan dengan jelas dan gamblang bahwa beberapa amalan yang selama ini diagung-agungkan oleh para ulama, kyai dan di pondok-pondok pesantren selama ini dipercaya mempunyai khasiat luar biasa tersebut, ternyata hampir seluruhnya berlumur dengan kalimat syirik dan kufur kepada Allah !. Beliau mengkaji dan memaparkan seluruhnya berdasar Al-Quran dan Al-Hadits, juga petuah-petuah ulama Saudi Arabia tentang berbagai kesyirikan yang banyak terjadi di tengah masyarakat seperti persembahan, rajah, jimat, “kutang Ontokusumo”, keris dan benda-benda sakti lainnya yang pernah ia koleksi dan dipercaya sebagai sarana keselamatanpun dinyatakan syirik...sesat !. Beliau menilai bahwa kaum muslim sekarang ini banyak yang meninggalkan, mengacuhkan ilmu serta pengetahuan Qur’an dan hadist, sehingga dengan mudahnya mereka terjebak dalam jurang kebid’ahan yang berujung kesyirikan. Harta, kesuksesan dunia digapai sementara pemahaman agama kian terbenam, bahkan setanpun dianggap bisa memberi perantara kepada Rabbnya.

Tantangan dari Para Kyai
Para ulama, kyai dan tokoh-tokoh NU Jawa Timurpun “merah” telinganya setelah membacanya. Mereka mengecam, mengucilkan, mencemooh bahkan menuding sesat, keluar dari ahlussunnah wal jamaah, kafir dan sebagainya. Namun semua itu Beliau tanggapi dengan sesuatu yang biasa, wajar dalam menegakkan kebenaran. Karena dulu Rasulullah SAW pun juga begitu perjuangannya, malah lebih hebat lagi tantangannya, diusir keluar dari Mekkah bahkan sampai mau dibunuh oleh kafir Quraisy.
Selamat berjuang menegakkan kebenaran, semoga muncul Mahrus Ali-Mahrus Ali lainnya yang mengikuti jejakmu...Amin.(mas Imam).

Bio Data :
H Mahrus Ali
Lahir 28 Desember 1957 di desa Sidomukti Giri, Gresik, Jawa Timur.
Pendidikan
- MI-NU Sidomukti (1970-1971), 7 tahun “nyantri” di Ponpes Langitan, Tuban
- Berguru Jamaah Tahfidhil Qur’an, Makkah dan para ulama Saudi Arabia
selama 7 tahun

2 komentar:

Isman Purwanto mengatakan...

bagus pak ustad tulisannya kalau boleh minta alamat atau hp h mahrus ali, aku cocok sekali dengan perjuangan beliau. ini hp saya isman purwanto 085740548629 atau 08812413097

Isman Purwanto mengatakan...

teruskan perjuanganmu pak h mahrus ali berdasar qur`an dan sunnah sesuai pesan nabi kita Muhammad saw